Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HUT RTC] Cinta Arjuna Dua Dunia

1 Maret 2016   20:52 Diperbarui: 1 Maret 2016   21:35 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagimu, aku akan menghalangi langkahmu. Sayapmu yang sedianya terbang tinggi, terasa berat ketika aku berada di sampingmu. Ya, ya, aku memang tak sempurna, tapi paling tidak, aku memiliki cinta, untuk bisa mengabdi pada dirimu. Tapi...

Di ujung senja, kita berpisah. Kamu menjauh meninggalkanku, yang tengah merenungi diri, bahwa sebentar lagi aku tak lagi bisa bersamamu. Benar saja, cerita cinta telah berakhir.

Untukmu: Arjuna ungu muda, lelaki dua dunia, panahmu patah aku hujam belati siksa, nikmat lautan peraduan tak padam dalam sekam senada warna.

 

Semarang, 1 Maret 2016

 

Sumber Inspirasi:

Puisi: Ungu Arjuna
 Oleh Tasch Taufan

Jadi biarkan saja ruhmu menggelayut di asmara 
 Jadi biarkan saja cintamu berayun di angan 
 Jadi biarkan saja asmaramu menjadi warna darah 
 Jadi biarkan saja kepalsuan menajam di tikungan hati

Jika akhirnya harus saling membunuh 
 Jika akhirnya harus saling menyakiti 
 Jika akhirnya harus saling menyelinap 
 Jika akhirnya harus menjadi dua belati

Kisah asmara tak selalu berakhir indah 
 Aku ingin perih dan sia-sia di antara zaman 
 Biar terkecoh dan marah pada nasib 
 Cinta mati dalam kemarau. Kering.

Meruangkan angan di ruang langit 
 Kata mati lidah kenyal di rongga mulut 
 Musim ini tak ada burung-burung 
 Melewatkan cericitnya di antara pepohonan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun