Â
Hari itu, ingin sekali aku menyapamu. Kuberanikan diri untuk menyapamu, dengan berbagai cara. Dan seperti yang sudah-sudah, kadang kau membalasnya, kadang hening.
Saat ceria hatimu sedang membuka, kau hangat bagai matahari pagi. Ramah dan berderai bagai pelangi. Bahkan aku tak mengerti, mengapa seperti itu. Kau seolah menjebakku dalam imajinasi yang tak logis. Kau membuatku merasakan bagai dalam dunia penuh warna, berbunga-bunga tak berhenti. Tapi...
Lalu tiba-tiba seketika berhenti menjadi hening. Kau menghilang, entah kemana. Mendiamkanku. Oh, dunia runtuh seketika, saat ceria itupun berubah seperti dunia biasanya, ramai dan berjejalan, banyak orang, lalu lalang dan membosankan!
Aku bertanya, mengapa selalu saja ini terjadi dan aku mau saja menerimanya dengan hati yang tak marah, bahkan aku memakluminya? Apakah ini cinta? Cinta itu hanya teruntukmu. Seorang bernama: Dens.
Dens, kau yang mengajari aku cinta, lalu rindu, kau benar-benar hadir dalam benakku setiap waktu. Cukup dengan sekali pandangmu, kau membuatku jatuh hati, membiarkan diriku bergejolak meraih hatimu. Perasaan timbul tenggelam yang disebabkan oleh cintamu selalu muncul dan membuatku seperti menggila.
***
Â
Aku di sini, menunggumu, berpuluh-puluh kali menunggumu, di sini, meski kau tak nampak dan menghilang. Tapi itu tak meruntuhkan keinginanku untuk bisa bertemu denganmu. Hanya saja aku sering merasakan bahwa separuh hatiku terambil olehmu dan kau mengambilnya tanpa pernah bilang. Aku mencarinya, aku mencarinya. Aku tak akan menyerah, demi hatiku yang terbawa olehmu. Aku ada, Dens. Aku ada di sisi lain hatimu, memelukmu, meski tak nampak olehmu. Aku merasa nyaman, karena separuh hatiku menghuni ruang hatimu. Lalu mengapa kau tak cepat menemuiku? Mengapa ragu dan selalu menghalangiku untuk bisa bertemu denganmu?
***
Â