Pesta ulang tahun ke tujuh belas, Alena lalui dengan datar. Tak ada yang bisa membuatnya ceria, kecuali saat Dani memberinya selamat dan menghadiahinya sebuah cincin bermata diamond. Sangat istimewa. Ia simpan rapat, di kotak yang ditaruhnya di laci meja kamarnya. Sesekali ditengoknya cincin itu, ia merasa hatinya tertambat di sana dan menyatu dengan hati Dani. Ia jatuh cinta pada Dani, lagi dan lagi.
***
Tapi, tahu tidak, cincin itu merupakan salam perpisahan Dani. Dani tak lagi bekerja di perusahaan mama Alena. Ia berencana membuat usaha sendiri dan mama mengijinkannya. Meski masih satu kota, tapi Dani tak lagi tinggal di rumah keluarga Alena. Alena merasa kehilangan. Di usianya yang tepat tujuh belas tahun, ia patah hati kembali. Entahlah. Alena patah hati berkali-kali, sebanyak ia jatuh cinta pun berkali-kali, pada satu pilihan hatinya, Dani.
***
Kemudian...
Alena menjelma menjadi wanita yang mandiri dan matang. Ia telah lulus sebagai sarjana Arsitek. Hobinya tentang desain dan seni, membuatnya menyukai bidang arsitek. Alena mengikuti jejak mamanya. Dan tak sulit baginya untuk meneruskan usaha mamanya. Ia benar-benar menjadi gadis yang tangguh dan mumpuni. Hal itu tak diimbangi dalam bidang asmara. Ia sangat sulit melupakan seseorang yang telah mematahkan hatinya berkali-kali sekaligus membuatnya jatuh cinta berkali-kali. Bukan tak ada yang memintanya untuk menjadi kekasih, tapi ia masih enggan.
Apalagi Alena sekarang jarang bertemu Dani, karena Dani telah pindah ke luar kota. Ada jarak antara dirinya dan Dani. Sungguh membuat hati Alena seperti menutup. Hatinya hanya bisa membuka, apabila Dani yang mengetuknya. Dan itu tak mungkin. Bukankah Dani telah lama pergi dari kehidupan Alena dan menjauh. Bukan karena cinta yang memisahkannya, tapi karena keadaan telah membuatnya demikian.
***
Kriiiing....
Telpon genggam Alena berdering. Ada tawaran proyek. Segera ia mengiyakan dan bersedia untuk bertemu. Alena yakin, ia pasti bisa. Ini pengalaman pertama baginya untuk terjun sendiri ke lapangan. Semua persiapan telah dilakukannya. Bagaimanapun, ia membutuhkan pengalaman tersendiri, setelah selama ini dibimbing oleh mamanya.
Orang yang menghubunginya adalah anak buah dari seorang kontraktor besar. Ia tak begitu mengenalnya, tapi mamanya bilang, orang itu sahabat mama.