Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC]Misteri Rumah Tua dan Rumput Ilalang

10 September 2015   23:04 Diperbarui: 11 September 2015   00:07 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

No. 8, Wahyu Sapta

 

Misteri Rumah Tua dan Rumput Ilalang

 

Febri memandang sekeliling. Rumah ini masih bagus, bangunannya kokoh. Memang bukan tipe rumah modern, tapi tampak masih kuat, hanya sedikit tidak terawat. Di beberapa tempat, dinding bangunan agak mengelupas catnya. Rumput ilalang liar di halaman menjulang tinggi hingga setinggi paha, tanda bahwa rumah ini lama tidak berpenghuni. Ada ayunan besi yang telah berkarat di samping bekas kolam yang mengering airnya. Mungkin kolam itu bocor, hingga airnya meresap ke dalam tanah.

 

"Bagaimana mas? Tertarik? Rumah ini ada empat kamar. Dua kamar di lantai bawah, dua kamar di lantai atas. Airnya mudah, ada sumur artetis. Pas untuk Mas Febri dan temannya untuk kos di rumah ini. Nanti masalah rumput di halaman kami bisa bantu membersihkan mas." kata Pak Dayat.

 

"Em, nantilah pak, saya pikir dulu, nanti saya rundingkan dengan teman-teman."

Mereka berkeliling melihat kondisi rumah. 

 

"Agak serem sih tapi rumah ini sewanya murah. Bisa menjadi alternatif utama." batin Febri.

 

"Em Pak Dayat, katanya kamar ada empat, kok ini kamar ada lima. Yang dipojokan itu?" Aku menunjuk sebuah kamar besar yang tertutup rapat.

 

"Oh, itu khusus buat pemilik rumah bila mau ke sini. Itu kamar utama. Kamar khusus."

 

"Emang pemiliknya siapa pak?"

 

"Pak Danu, tapi beliau sudah lama tidak berkunjung ke sini, sedangkan bapak hanya bertugas menunggu. Bapak kan punya pekerjaan lain, jadi masalah rumput liar di halaman depan nanti bisa bapak bereskan."

 

Hem, dari tadi Pak Dayat membahas rumput di halaman, memangnya kenapa? batin Febri. Ia berencana mengajak temannya ke sini besok untuk memberi keputusan pada Pak Dayat, tentang jadi tidaknya Febri dan kawan-kawan menyewa rumah ini.

 

**

 

Semua teman Febri mengiyakan sewa rumah di Jalan Empang Raya no 13 ini. Mereka tergiur dengan harga murah yang ditawarkan Pak Dayat. Bahkan tanpa pikir panjang langsung membawa koper berisi pakaian serta barang kebutuhan lainnya. Mereka berempat. Febri, Andri, Nico dan Fahmi. Mereka mahasiswa baru, semester 1, satu kelas, satu jurusan. 

 

Tadinya mereka kos dekat kampus, tapi karena sempit dan banyak penghuninya, mereka sepakat untuk pindah ke tempat kos yang lebih luas. 

 

Mereka berpencar untuk mencari tempat kos baru. Kebetulan yang paling cocok dan paling murah harganya adalah tempat kos pilihan Febri.

 

Dengan semangat 45, mereka pindah kos. Kos yang lama, airnya suka ngadat dan sempit. Apalagi rumah sebelah kos lama suka berisik ramai sekali.

 

Mereka bahu membahu membersihkan rumah kos baru. Agaknya rumah ini memang lama tak dihuni. Tapi Febri dan teman-temannya tak patah arang.

 

Selesai sudah acara membersihkan ruangan. Mereka hanya menempati kamar bawah, sedangkan kamar atas kosong.

 

**

 

Sore mulai menjelang. Kemudian mendekati malam. Ada satu hal yang mereka lupakan. Membersihkan rumput ilalang di halaman depan rumah. Dan itu sangat fatal. Apalagi ternyata Pak Dayat tadi tidak berkunjung menemui mereka, karena ia sibuk dengan pekerjaannya sebagai tukang taman.

 

"Nic, kamu tadi yang ke kamar mandi?" tanya Febri.

 

"Enggak, aku dari tadi ke kamarnya Fahmi dan Andri." 

 

"Lalu siapa?"

 

Braaakkk..!!!

 

Suara seperti benda jatuh memekakkan telinga, membuat Febri dan Nico tersentak. Mereka keluar kamar, di susul Fahmi dan Andri yang juga kaget mendengar suara itu. Saat menyadari bahwa suara itu hanyalah daun pintu yang membuka karena hempasan angin, mereka bernafas lega.  Setelah sejenak mereka merasakan ketenangan, tiba-tiba hawa dingin menerpa. 

 

Wuuuus..!!!

 

Seperti seseorang melewati mereka dan menuju kamar utama. Kamar utama sedikit membuka dan kemudian secepat itu pula tertutup.

 

Krieeeek...!!

 

Mereka berempat berpandangan sambil membelalakkan mata. Setelah tersadar akan kejadian yang baru saja berlangsung tadi, mereka berempat ketakutan. Biarpun mereka cowok gagah perkasa dan pemberani, tetapi melihat kejadian tadi, rasanya tak ingin melihatnya.

 

Fahmi yang paling pemberani berusaha menenangkan mereka.

 

"Tenang sob, kita pasti berani, anggap saja tadi angin lalu,"

 

"Angin lalu gimana, itu bukan angin, tapi sesuatu dari alam lain. Aku yakin!" seru Febri.

 

"Lalu kita harus apa?"

 

Rasanya nyali mereka telah di ujung tanduk. Tiba-tiba kaki mereka seperti di jalari tali yang menjuntai, melilit di kaki.

 

Nico yang paling penakut menjerit keras. 

 

Aaaawww...!!!

 

"Kita pindah, kita kembali saja ke kos yang lama. Di sana kita nyaman. Di sini kita bisa mati berdiri!" kata Andri dengan nafas yang memburu. Benar-benar menakutkan.

 

"Aku ingin tubuhmu. Aku ingin hidupmu." Tiba-tiba muncul suara berbisik, hampir tak kentara membisik di telinga mereka berempat.

 

Braakkk..!!!

 

Pintu ruang tamu menutup. Andri berusaha membuka pintu dan ingin keluar. Gawat! Pintu tak bisa dibuka, seperti terkunci dari luar.

 

Akhirnya mereka terjepit. Fahmi berteriak,"Hei, kamu yang tak kasat mata, jangan ganggu kami. Pergi dari sini!" Lalu dibacakanlah doa-doa semampu Fahmi, untuk mengusir hantu yang tak berbentuk dan hanya seperti bayangan. Lambat laun, suasana agak mereda. Angin tak lagi mendesir. Tenang dan hening.

 

Pintu di ketok dari luar.

 

"Assalamualaikum mas Febri, ini Pak Dayat, tolong bukakan pintu." 

 

Serta merta Febri menuju pintu dan membukanya. Klek! Pintu bisa membuka dengan mudah. Mengapa tadi seperti terkunci?

 

"Syukurlah Pak Dayat datang, kami hampir mati berdiri karena ketakutan pak."

 

"Kenapa?"

 

"Tadi ada angin dingin lewat, menuju kamar utama, lalu kaki kami seperti terbelit tali."

 

"Oh, itu, iya, sebenarnya tidak terjadi sesuatu, kalau saja mas Febri dan kawan-kawan tidak lupa membersihkan ilalang di halaman depan. Maaf, ya mas, hari ini tadi saya sibuk sekali, hingga lupa membersihkan rumput ilalang itu."

 

"Memang apa hubungannya dengan kami pak? Dan rumput ilalang itu kenapa?"

 

"Jadi, sebenarnya, Pak Danu itu telah tiada, yang tinggal di kamar utama itu. Meskipun beliau sudah meninggal, tetapi ia yang sangat rajin, akan selalu membersihkan rumput ilalang yang meninggi setiap habis maghrib. Seperti saat ini. Nah, kalian terburu-buru pindah kemari sebelum rumput dibersihkan."

 

"Ooo...begitu ya? Hanya karena rumput ilalang yang lupa dipotong?" seru mereka hampir berbarengan.

 

"Feb, malam ini juga, kita harus pindah," kata Nico.

 

"Loh kok begitu mas, lalu ini uang muka yang diberikan pada saya. Gimana?"

 

"Untuk bapak saja"

 

"Wah, kok begitu."

 

Secepat badai, Febri, Andri, Nico dan Fahmi memberesi kembali koper mereka, untuk segera kembali ke kos yang lama. Mereka tak mau kembali ke rumah ini, meski harganya sangat murah.

 

**

 

Keesokan harinya, saat mereka kembali melewati depan rumah bekas kos yang hanya ditempati beberapa jam saja, mereka tertawa lepas mengingat kejadian itu. Lumayan lah, buat latihan uji nyali. Tapi untuk kembali ke tempat itu lagi? No way!!

 

® selesai ®

 

==Karya ini orisinal dan belum pernah dipublikasikan==

 

Catatan: cerita ini hanya imajinasi saja.

 

 

 

Sumber Gambar:

1. duniaseram.blogspot.com

2. Dokumentasi RTC

3. Dokumentasi DarMizan

^_^ ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun