Beberapa contoh, seperti janji SBY, Berjuang untuk rakyat, Obama dengan our people-our future, Trump dengan change, Biden dengan battle for soul of the nation, Pak Jokowi dengan Nawacita. Dan, deretan slogan janji lainnya yang membius rakyatnya untuk memilih.
Dalam perjalanan waktu, semangat reformasi dirasakan belum maksimal sebagaimana yang diharapkan.
Tahun 2019, beberapa elite politik mengusulkan penghidupan kembali GBHN, dengan tujuan agar terjadi kesinambungan program antara satu presiden dengan lainnya.
Perlukah?
Gagalkah 4 presiden dalam kurun waktu 20 tahun tanpa haluan negara? Sebagai orang awam rasanya tetap terasa keberlanjutan dengan capaian Pak Harto bersama GBHN-nya.
Beranikah saya mengatakan, bahwa yang terpenting adalah "manusia" nya?
Diamku terhenyak, tanpa kusadari aku masih diantara teman-teman reuni. Â Â
***
Saat itu saya dan beberapa teman berniat drop-out karena tidak tahan dengan disiplin ketat pendidikan. Tapi, niat itu kuurungkan setelah ingat biaya sekolah yang besar telah dicicil orangtua-ku yang PNS. Rasa korsa saling menguatkan satu dengan lainnya membuyarkan keinginan keluar.
Teringat kelucuan dengan kalimat, "Pasal 1, senior tidak pernah salah," dan "Pasal 2, kalau senior salah kembali ke pasal satu." Saat itu saya bisa mengerti bahwa kalimat yang terkesan menangnya sendiri itu bermakna mendalam tentang penghormatan kepada senior atau pimpinan di kelak kemudian hari.
Dalam dunia kerja, senior dan pimpinan tersebut adalah nahkoda. Pemimpin kapal yang harus dihormati dan diikuti. Perintah nahkoda adalah satu komando, perwira kapal memberi masukan, dan seluruh ABK menjalankan perintah.