Mohon tunggu...
Wahyu Dhea Febrianti
Wahyu Dhea Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Daerah Istimewa Yogyakarta

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kondisi Pendidikan pada Masa Pandemi di Daerah Kecamatan Banguntapan

18 Januari 2022   07:20 Diperbarui: 18 Januari 2022   07:24 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya penyebaran virus covid-19 di wilayah Indonesia. Adanya penyebaran virus covid-19 ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem pendidikan di wilayah Kecamatan Banguntapan. Sehingga dapat dirumuskan dalam penelitian ini bahwa bagaimana kondisi pendidikan yang berlangsung di Kecamatan Banguntapan di tengah adanya pandemi covid-19 yang melanda wilayah Indonesia.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode observasi dan wawancara. Data dikumpulkan dengan teknik pengamatan serta wawancara. Dimana obyek yang diamati adalah sekolah dan anak-anak yang ada di lingkungan sekitar, serta wawancara dengan guru dan siswa yang ada di daerah setempat. 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pendidikan yang berlangsung selama adanya pandemi covid-19 di daerah Kecamatan Banguntapan serta untuk mengetahui apakah ada perubahan yang terjadi pada pendidikan di masa pandemi covid-19 ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan pada masa pandemi di wilayah Kecamatan Banguntapan mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada sistem pembelajaran yang dilakukan dari pembelajaran tatap muka (offline) menjadi pembelajaran jarak jauh (online), karena adanya virus covid-19 yang tengah melanda.

Kata kunci : Kondisi pendidikan, Pembelajaran tatap muka, Pembelajaran jarak jauh.

Sudah hampir 2 tahun virus corona atau covid-19 melanda di berbagai negara yang ada di dunia termasuk negara Indonesia. Virus corona melanda Indonesia pertama kali dengan adanya warga Indonesia yang terkena positif covid-19. Kemudian berita tersebut diumumkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa terdapat virus yang tengah melanda warga negara Indonesia, yaitu virus corona atau covid-19. 

Semakin hari semakin bertambah kasus positif covid-19. Kemudian, pemerintah menetapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yaitu dengan pembatasan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan perkantoran dihentikan, gedung sekolah ditutup, ojek online dibatasi, hingga beberapa kegiatan yang tidak boleh berkerumun.

Di Kecamatan Banguntapan pada pertengahan hingga akhir tahun 2021 kasus positif covid-19 cukup tinggi. Banyak warga yang terkena positif covid-19 hingga beberapa daerah di Kecamatan Banguntapan termasuk ke dalam zona merah. 

Dengan begitu pencegahan penyebaran virus covid-19 pun semakin diperketat. Tidak sedikit juga warga yang merasakan ketakutan hingga membatasi untuk bepergian yang tidak penting dan mendesak. Pekerjaan dan kegiatan yang biasa dilakukan dengan langsung pada akhirnya harus dilakukan dari rumah. 

Akan tetapi, masih banyak juga warga yang tetap melakukan kegiatan kesehariannya seperti biasa namun tetap menerapkan protokol kesehatan yang telah dianjurkan. Bagi warga masyarakat yang terkena positif covid-19 harus tetap melakukan isolasi mandiri dirumah ataupun di rumah sakit atau tempat yang telah disediakan untuk isolasi hingga hasil pemeriksaan swab test atau pcr yang menyatakan bahwa hasilnya adalah negatif.  

Hal tersebut pada akhirnya tidak dapat dipungkiri, bahwa dengan adanya virus corona atau covid-19 yang melanda wilayah Indonesia ini menjadikan adanya perubahan-perubahan sistem atau beberapa perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tertentu di negara Indonesia. Perubahan tersebut salah satunya terjadi pada sistem pendidikan di Indonesia.

Sistem pendidikan di Indonesia mulai berubah dengan adanya pandemi covid-19. Dimana pembelajaran jarak jauh pun mulai diterapkan setelah adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang telah ditetapkan dalam rangka menghindari adanya penyebaran virus covid-19. 

Pada awalnya, banyak guru dan siswa yang belum bisa beradaptasi dengan keadaan yang baru. Namun, dengan terus belajar menyesuaikan dan memanfaatkan teknologi serta kemampuan yang ada, guru dan juga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh dengan baik dan lancar.

Pada hal ini, teknologi dapat menjadi jembatan dalam keberlangsungan proses pembelajaran selama masa pandemi. Dengan adanya teknologi tersebut dapat memberikan gambaran akan keberlangsungan dunia pendidikan di masa depan. 

Akan tetapi, teknologi tetap saja tidak dapat menggantikan peranan guru dan interaksi belajar antara guru dengan siswanya. Karena, edukasi tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan tetapi juga mengenai nilai, kerja sama, serta kompetensi yang diajarkan. 

Situasi pada masa pandemi seperti ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi guru maupun siswa. Kreativitas dari setiap individu dalam memanfaatkan penggunaan teknologi sangat penting untuk mengembangkan keberlangsungan proses pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Dimana dengan adanya pendidikan dapat membantu dalam membentuk karakter anak, serta membentuk generasi muda yang cerdas yang mampu menghadapi dan memecahkan masalah hidup yang dihadapinya. 

Pendidikan juga memberikan banyak ilmu di dalamnya, tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan atau teori namun juga memberikan nilai-nilai kehidupan yang tentunya sangat penting untuk bekal anak di masa depan.

Dengan adanya pandemi covid-19 yang melanda, tindakan yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan untuk menghindari adanya penyebaran virus covid-19 dan proses pembelajaran harus tetap berlangsung pada masa pandemi yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dari rumah. Dimana seluruh kegiatan sekolah baik teori maupun praktek pembelajaran yang biasanya dilakukan secara langsung harus dilakukan dari rumah. Hal tersebut di jembatani oleh adanya perkembangan teknologi dan informasi yang ada. 

Sekolah dapat memanfaatkan teknologi yang ada seperti google classroom, zoom meeting, google meeting, dan lain sebagainya untuk melakukan proses pembelajaran. Dengan begitu, perlu adanya kreativitas dan juga penguasaan teknologi oleh guru dan juga siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.

Proses pembelajaran jarak jauh (online) membutuhkan tenaga dan juga waktu yang tidak sedikit. Walaupun dilakukan secara online dari rumah, hal tersebut ternyata tidak mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang dapat menghambat keberlangsungan proses pembelajaran yang dilakukan. Misalnya saja, keterbatasan fasilitas yang ada serta keterbatasan kuota internet. 

Tidak hanya siswa yang terkendala fasilitas untuk belajar, guru dan orang tua siswa juga mengalami kesulitan dalam menyediakan perangkat atau fasilitas untuk belajar seperti handphone dan laptop. 

Di daerah kota pun masih ada beberapa yang juga terkendala akan fasilitas, bagaimana dengan yang bertempat tinggal di daerah terpencil, baik sekolah maupun orang tua siswa pun pasti juga terkendala oleh fasilitas yang kurang memadai.

Tidak semua siswa ataupun orang tua siswa yang mempunyai fasilitas yang memadai seperti handphone dan laptop. Bahkan, bagi siswa yang tempat tinggalnya berada di daerah terpencil juga merasakan kurangnya fasilitas yang memadai seperti handphone dan juga ketersediaan listrik ataupun sinyal masih sangat kurang. 

Dengan begitu, siswa yang tidak memiliki akses teknologi untuk melakukan pembelajaran dari rumah, harus mengambil tugas ke sekolah agar tetap mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut tentunya tidak hanya terjadi di daerah Kecamatan Banguntapan, tetapi juga dapat terjadi di beberapa daerah terpencil yang ada di wilayah Indonesia. 

Orang tua siswa juga dihadapkan dengan pilihan yang cukup sulit antara membiayai pendidikan sekolah anak atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dimana hal tersebut dapat memberikan dampak pada meningkatnya angka putus sekolah yang ada di Indonesia. 

Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran jarak jauh (online) ini secara tidak langsung dapat meningkatkan permasalahan sosial ekonomi yang telah ada pada masyarakat Indonesia.

Pada proses pembelajaran dari rumah tidak hanya guru yang bekerja keras, tetapi juga orang tua perlu ikut untuk mendampingi anak-anak dalam kegiatan belajar dirumah. Pendampingan dari orang tua dapat menggantikan peranan guru di sekolah dalam memberikan pembelajaran, dan juga dapat menemani anak-anak dalam mengerjakan tugas rumahnya. Hal tersebut tentunya perlu adanya kerja sama dari anak-anak dan orang tua dengan guru agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari rumah dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Dengan adanya pembelajaran dari rumah, tak sedikit orang tua siswa di daerah Kecamatan Banguntapan yang merasa kesulitan dalam membimbing anak untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hal tersebut banyak dirasakan oleh orang tua siswa, terutama orang tua dari siswa sekolah dasar. Dimana pada jenjang sekolah dasar, anak-anak masih sangat membutuhkan bantuan pendampingan dari orang tua dalam kegiatan pembelajaran. 

Sebaliknya, pada jenjang SMP hingga perkuliahan anak-anak sudah tidak lagi memerlukan adanya pendampingan dari orang tua dalam proses pembelajaran. Di tambah dengan adanya teknologi dan informasi yang ada, siswa dari jenjang SMP hingga mahasiswa akan lebih mudah dalam mencari sumber materi yang dibutuhkan.

Dengan kondisi pendidikan pada masa pandemi yang mengharuskan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah, memungkinkan terjadinya perubahan keinginan belajar dari dalam diri siswa. 

Dimana sebelum adanya pandemi, siswa pergi ke sekolah untuk mencari ilmu dari pagi hingga siang hari, kemudian baru mereka bisa pergi untuk bermain. Namun, keadaan menjadi berubah setelah kegiatan pembelajaran sekolah yang dilakukan dari rumah. Dimana siswa menjadi mementingkan untuk bermain daripada belajar. Hal itu banyak terjadi baik dari siswa sekolah dasar hingga mahasiswa.

Selain itu, tak sedikit juga siswa yang memilih untuk sekolah sambil bekerja. Hal tersebut dilakukan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari rumah memberikan banyak waktu luang yang ada. Sehingga, siswa memilih untuk sambil bekerja part time (setengah hari) setelah pembelajaran jarak jauh (online) dilakukan. Hal tersebut merupakan salah satu dampak yang terjadi dari adanya perubahan kondisi pendidikan yang berlangsung pada masa pandemi yang memungkinkan anak untuk belajar dan juga bekerja.

Di Daerah Kecamatan Banguntapan juga sering dijumpai beberapa anak yang tidak melanjutkan pendidikan sekolahnya karena adanya keterbatasan ekonomi dari keluarganya. Kemudian hal tersebut memaksa anak untuk bekerja dengan seadanya, bahkan anak yang tidak sekolah dan tidak bekerja pun hanya menghabiskan waktunya untuk bermain hingga dia tidak mempunyai tujuan. Hal tersebut tentunya sangat memprihatinkan, dimana anak-anak yang belum waktunya untuk bekerja harus bekerja dan tidak mendapatkan pengetahuan serta nilai-nilai yang diajarkan di usianya di sekolah. 

Keputusan anak memilih untuk bekerja daripada sekolah, mungkin saja merupakan salah satu jalan agar dia tidak hanya berdiam diri dirumah dan tidak melakukan kegiatan apapun karena tidak sekolah. Maka, agar ada kegiatan dan juga untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kemudian anak tersebut memilih untuk bekerja.

Pada sekolah-sekolah di daerah Kecamatan Banguntapan, banyak guru yang merasakan adanya perubahan diri dari siswa, dimana dahulu siswa semangat untuk belajar, namun setelah pembelajaran dilakukan dari rumah siswa menjadi berkurang motivasinya untuk belajar. Banyak tugas yang dikumpulkan tidak tepat waktu, bahkan jika tidak di beri peringatan tugas tidak dikumpulkan sama sekali. 

Padahal, siswa sudah dimudahkan dengan adanya kebebasan dalam mengerjakan tugasnya, misalnya saja siswa dapat mencari jawaban dari berbagai sumber ataupun dari google dengan memanfaatkan teknologi yang ada. 

Tidak sedikit siswa yang bandel dan masih saja tidak mengerjakan tugasnya yang diberikan oleh guru. Bagi seorang guru, hal tersebut sangat memprihatinkan. Karena mereka merasakan keadaan menjadi berubah seketika setelah proses pendidikan juga mengalami perubahan.

Pada sekitar bulan Juli tahun 2021, beberapa sekolah di daerah Kecamatan Banguntapan mulai dari sekolah dasar hingga SMA mulai melakukan percobaan atau simulasi kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan dengan adanya pembagian sesi di setiap harinya. 

Dalam setiap kelas biasanya dibagi menjadi 2 sesi pada setiap harinya. Ada sesi pagi sekitar pukul 07.30 dan juga sesi siang hari sekitar pukul 09.30. Dengan adanya pembagian sesi pada kegiatan pembelajaran tersebut, dimaksudkan untuk menghindari adanya kerumunan atau mengurangi banyaknya siswa yang berada di dalam kelas. 

Oleh karena itu, sekolah menerapkan adanya pembagian sesi untuk berangkat ke sekolah di setiap harinya. Ada beberapa sekolah yang menetapkan berangkat ke sekolah 3 kali dalam seminggu, namun masih ada juga beberapa sekolah yang tidak menentukan berapa kali dalam seminggu untuk berangkat ke sekolah. 

Walaupun demikian, kegiatan pembelajaran tetap dilakukan setiap hari dengan 5 hari kerja yaitu dari Hari Senin hingga Hari Jumat. Ada juga sekolah yang menetapkan 6 hari kerja dari Hari Senin hingga Hari Sabtu selama pembelajaran jarak jauh (online). Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tersebut dengan menggunakan sistem blanded, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka dan juga dilakukan melalui proses pembelajaran jarak jauh (online).

Setelah situasi pandemi covid-19 di negara Indonesia mulai membaik, beberapa sekolah di daerah Kecamatan Banguntapan kini mulai menerapkan pembelajaran tatap muka secara keseluruhan namun tetap dengan protokol kesehatan. Akan tetapi, proses pembelajaran hanya dilakukan hingga siang hari. Ketetapan tersebut dilakukan pastinya atas pertimbangan dan juga kesepakatan bersama dari pihak orang tua, siswa, sekolah, serta pemerintah daerah. 

Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan seperti sebelum pada masa pandemi dengan pembelajaran secara langsung yang dilakukan di sekolah. Hal tersebut pastinya mendapat tanggapan positif dari pihak sekolah dan juga orang tua siswa. Karena setelah hampir 2 tahun kegiatan pembelajaran dilakukan dari rumah kini kegiatan pembelajaran sudah dapat dilakukan di sekolah seperti biasanya.

Dengan adanya pandemi covid-19 ini banyak memberikan perubahan-perubahan yang tidak terduga pada dunia pendidikan. Banyak hal-hal positif yang dapat diambil, namun juga banyak hal-hal negatif yang terjadi. 

Dengan ditetapkannya kembali pembelajaran tatap muka diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar anak dan mampu mengembalikan kembali semangat anak-anak untuk menuntut ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun