Mohon tunggu...
wahy
wahy Mohon Tunggu... -

twitter @wahysaleh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kita Mau Anies Seperti Jokowi?

28 Januari 2018   11:59 Diperbarui: 28 Januari 2018   15:06 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.pri.org

"Jika pemimpin berbohong itu berarti ada sesuatu hal yang buruk akan terjadi, ini serius." Mungkin kebohongan yang paling terkenal di awal abad ini, adalah pernyataan Presiden George W. Bush ini pada tahun 2003:

"Tahun demi tahun, Saddam Hussein telah berusaha keras untuk menyelesaikan tujuan jangka panjangnya, menghabiskan banyak uang, mengambil risiko besar untuk membangun dan menyimpan senjata pemusnah massal."

Akibat dari sepenggal kalimat hoax senjata pemusnah massal tersebut atau pernyataan bohong diatas dapat berhasil dengan suksesnya dilahap oleh media, maka akibatnya Baghdad yang indah dengan kisah 1001 malamnya hancur berkeping, luluh lantak hingga tak bermuka lidahnya keluh hingga tak mampu bercerita 1001 hal indah lagi, yang tertinggal hanya cerita sedih tak bertepi dari sisa-sisa kehancuran perang dan krisis sektarian yang tak berkesudahan.

Setiap presiden seharusnya menjadi teladan integritas, Dunia bergantung pada setiap kata-katanya. Dunia harus bisa mempercayainya untuk memahami ke arah mana kekuatan terbesar Dunia akan bergerak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Integritas didefinisikan sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kejujuran dan kewibawaan, jika dipadankan pada diksi nasional maka ia adalah wujud dari keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan bernegara.

Berkaitan dengan pentingnya integritas bagi seorang pemimpin, tokoh leadership guru Warren G Bennis seorang pundit influencer kepemimpinan dunia mengungkapkan adanya tiga bentuk integritas. Ketiga bentuk itu adalah: pertama, mawas diri, kedua, tulus dan ketiga, matang.

Seorang pemimpin seharusnya sadar diri/mengenali dirinya. "Pemimpin tidak pernah berbohong kepada dirinya sendiri, terutama tentang dirinya sendiri, pemimpin mengetahui asetnya serta kekurangan dirinya, kemudian menanganinya secara langsung

"Kita tidak akan dapat merekonstruksi kembali kepercayaan pada institusi sampai para pemimpin kita mempelajari bagaimana berkomunikasi dengan tulus dan menciptakan organisasi di mana ketulusan itu adalah norma " Warren Bennis.

Kecenderungan yang terjadi pada pemimpin JamanNow adalah memberitahukan kepada pendukungnya hanya apa yang mereka inginkan, tepatnya apa yang dipikirkan dan ingin didengarkan oleh pendukungnya sahaja. Di dalam lingkaran elit, Pemimpin JamanNow juga sepertinya dikondisikan untuk berpikir dua kali dalam bersikap jujur mungkin, takut jika bersikap jujur dan terbuka akan ada risiko besar yang ditanggung jika mengekspresikan kebenaran. Itu akan menyakiti perasaan pendukungnya. ditolak pemodal atau kehilangan prospek pemilih kedepan atau ditinggalkan pemilih setianya. Sementara yang lain dikondisikan untuk percaya bahwa jika pemimpin itu jujur dan tulus, hem itu malah akan membuat orang marah, sedih, takut dan nyinyir mungkin.

Kita kehilangan sesuatu tanpa tersadari, terutama saat isu nyata seperti busung lapar menyebabkan 61 bayi meregang nyawa itu benar-benar ada di JamanNow, yang sepertinya sulit dikemukakan dan digaungkan media itu adalah suatu kegagalan kepemimpinan JamanNow, padahal disaat tahun politik inilah penting mengungkapkan kebenaran yang mungkin tidak mudah bagi orang lain untuk dengar.

Kita tidak pernah melihat sesuatu yang aneh seperti ini pada masa sebelumnya, dimana posisi kepala dan kaki sudah habis di jungkir balikkan dan semuanya dipertanyakan tapi sama sekali tidak ada penyelesaian yang nyata, apa mesti bertanya dalam diam, kemana integritas itu? Pak Anies jangan seperti gabener JamanOld itu, tetaplah dijakarta, rawatlah integritas itu, peliharalah amanah itu, kawal pengayuh becak itu, bangun dan bagikan rumah dp nol persen itu, gabener itu kalo ninggalin pekerjaan sebelum tuntas tas tas, jangan copras copres dulu sebelum ok oc. Apa kita mau Pak Anies seperti Mas Joko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun