Mohon tunggu...
wahy
wahy Mohon Tunggu... -

twitter @wahysaleh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kita Mau Anies Seperti Jokowi?

28 Januari 2018   11:59 Diperbarui: 28 Januari 2018   15:06 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.pri.org

"Kami berdua komitmen menuntaskan kerja di Jakarta. Itu bahkan muncul dalam pertanyaan di debat kemarin, dan kami jawab dengan jelas, kami akan menuntaskan pekerjaan selama lima tahun dari 2017 hingga 2022," ujar Anies dalam konferensi pers seusai Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Terpilih Tahun 2017-2022 di Jakarta, Jumat, (5/5/2017).

"Tidak ada tanda tangan kontrak politik untuk tidak maju 2019. Dicari di laci mana pun tidak akan ketemu. Tapi kami komitmen selesaikan kerja di Jakarta," jelas Anies.

Dalam berbagai kesempatan, dulu Jokowi juga demikian mengaku tak akan pernah memikirkan jadi capres. "Copras-capres, copras-capres. Gak mikir. Mikir banjir, mikir macet saja pusing," ujar Jokowi beberapa waktu lalu kepada wartawan.

"Sampai sekarang, saya nggak ngurus copras capres, nggak ngurus. Hua-ha-ha," ujar Jokowi sembari terkekeh-kekeh alon klakon, seusai meresmikan kantor cabang Bank DKI Jakarta di Jl Ratulangi, Makassar, Jumat (4/10/2013).

Namun semua pernyataannya yang selalu diulang-ulang itu ternyata hanya angin lalu atau mungkin bongak. Jokowi mengaku mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk menjadi capres. Jokowi pun tanpa tedeng aling-aling langsung menerimanya dan melupakan soal 'copras-capres' yang dia ucapkan beberapa waktu yang lalu atau memang sengaja lupa, entahlah.

Menceritakan kebohongan ini bisa dibilang sesuatu yang setiap orang lakukan dari waktu ke waktu. Hal ini juga berlaku pada kebohongan "putih" yang dari tampaknya mungkin tidak berbahaya. Kebohongan bahkan bisa dibentuk dengan niat baik, misal pujian untuk menghindari menyakiti perasaan seseorang. Seperti " Dia itu pekerja keras loh!" jadi taunya kerja, kerja, kerja muka mah ga keurus, kalo ganteng mah kagak! kan pekerja keras.

Setiap langkah kebohongan pertama walau relatif kecil dapat berkembang secara bertahap sampai pada jumlah yang besar nilainya hingga nilai yang kecil itu tidak penting lagi, lantas kebohongan itu tidak lagi tampak berbahaya.

Manusia sangat intens berbohong tapi lebih sering sukar mempercayai kalau mereka mudah dibohongi. Mari tinjau statistiknya menurut penelitian Belle de Paulo ahli psikologi kebohongan. Kebanyakan orang melakukan kebohongan substantif dalam sehari rata-rata dilakukan sebanyak 1,5 kali, Sementara orang yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi kebohongan orang lain pada saat itu juga hanya sekitar 50% saja, tidak bisa lebih baik lagindari itu, tapi dalam subjek lain penelitiannya De Paulo melaporkan bahwa, rata-rata, 1 dari 7 kebohongan yang orang katakan dapat di ketahui, itupun sejauh pembohong tersebut mengatakannya, dan di bayar dengan harganya.

Pada umumnya orang tahu tentang kebohongan pelayanan maskapai Lion, search aja di google prihal pelayanan Lion, tapi tetap saja orang-orang membeli kebohongan karena harganya bisa dibeli walaupun pada kenyataannya pelayanannya tidak dapat dipercaya, mungkin kebohongan lion air bisa diterima karena dilengkapi dengan tools seperti sertifikasi ISSA yaitu sebuah standar keselamatan dan keamanan berskala internasional yang diberikan oleh IATA yang diraih pada Januari 2016, Lalu sertifikasi ISO 9001:2015 mengenai delay management, tapi kebohongan seperti ini jika dibiarkan dalam jangka panjang akan menghancurkan industri penerbangan.

Dampak kebohongan dapat mengakibatkan mimpi buruk bagi jutaan orang, itu bisa terjadi ketika para pemimpin yang mempraktekkan kebohongan tersebut. Hal ini berdasar oleh fakta bahwa para pemimpin-pemimpin besar dunia telah banyak memberikan pengaruh besar terhadap perilaku orang lain. Apa semua pemimpin anti hoax, bercita-cita menjadi suri teladan yang baik untuk mempengaruhi pengikutnya secara positif, seperti pernyataan beberapa pemimpin-pemimpin dunia, sayangnya tidak selalu demikian, kadang sesuatunya tidak selalu berjalan mulus seperti apa yang pemimpin katakan, terkadang untuk mendapatkan proposal yang pemimpin tawarkan dapat diterima, Ia tidak mesti berlaku kewajiban untuk memastikan semuanya harus berjalan dengan cukup akurat.

Semisal Lincoln ketika ingin menyelesaikan Perang Saudara Amerika Serikat, ia harus membuat beberapa kebohongan tentang delegasi Selatan agar sesuai dengan apa yang ingin diterima dan didengar oleh orang-orang Selatan. Sama Ketika Obama ingin menjual program layanan kesehatannya, dia mungkin harus sedikit mendistorsi beberapa hal spesifik dari rencana ObamaCare/ perawatan kesehatannya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun