Mohon tunggu...
Wahid Nurrohman
Wahid Nurrohman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

nama saya adalah wahid nurrohman sayay mahasiswa di iain salatiga saya lahir di temanggung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kandungan Surah Al-Fatihah Ayat ke-5-7

12 Mei 2022   17:40 Diperbarui: 12 Mei 2022   17:47 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat 5-7

Wahid Nurrohman

43030210047

Makna-makna yang terkandung di dalam surat Al-Fatihah sangatlah agung, karena posisi Al-Fatihah sendiri sebagai Ummul kitab atau induk dari kitab (Al-Quran), maka sangat banyak sekali makna yang bisa diambil oleh umat Islam dan diimplementasikan di dalam kehidupan mereka. Berikut adalah sebagian makna yang terkandung dalam Al-Fatihah ayat 5-7.

Kandungan Makna Al-Fatihah Ayat 5

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’inu

Di dalam kitab Tafsirul Qur’anil Adzim karangan imam Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi dijelaskan bahwa lafadz iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’inu memiliki makna bahwa Allah dalam lafadz tersebut mengkhususkan bahwa hanya kepada Allah lah umat manusia menyembah, tidak ada yang berhak untuk disembah selain Allah. 

Lalu dengan ibadah yang telah dilakukan oleh seseorang, ia bisa menjadikan ibadahnya sebagai perantara untuk memohon pertolongan kepada Allah. Dari tafsiran ini sangatlah jelas bahwa umat Islam hanya boleh menyembah dan meminta pertolongan yang sesungguhnya hanya kepada Allah semata. 

Dan dalam ayat ini mengandung makna bahwa umat Islam harus benar-benar totalitas dalam kepasrahannya kepada Allah, karena segalanya yang terjadi itu hanyalah dari pertolongan Allah. Bahkan dalam menjalankan ibadah itu sendiri adalah bentuk pertolongan yang diberikan Allah. Tetapi bukan berarti kepasrahan tersebut menafikan usaha kita sebagai manusia, kepasrahan secara totalitas tersebut kita lakukan setelah kita berusaha.

Kandungan Makna Al-Fatihah Ayat 6

Ihdinas shiratal mustaqim

Ayat ke-enam dari surat Al-Fatihah ini memberikan penjelasan bahwa umat sudah seharusnya untuk meminta petunjuk kepada Allah. Lafadz ihdina di sini sangatlah jelas bahwa kita sebagai umat Islam sangatlah berharap mendapatkan petunjuk dari Allah, karena jika kita tidak mendapatkan petunjuk dari Allah kita tidak akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 

Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan lafadz ihdina atau dari asal kata hidayah yang berarti petunjuk di sini menjadi tiga bagian:

Petunjuk yang terbatas pada naluri. Petunjuk ini hanya terbatas pada hal-hal yang dibutuhkan. Naluri ini tidak bisa mencapai hal-hal yang di luar pemilik naluri.

Petunjuk yang kedua adalah petunjuk yang berupa panca indra manusia. Ketika naluri tidak bisa mencapai hal-hal yang mencapai hal-hal yang di luar pemilik naluri, manusia masih bisa mencapainya dengan panca indranya. Meskipu panca indra tersebut juga masih terbatas.

Petunjuk yang ketiga adalah akal. Akal yang mengkoordinir semua informasi yang didapat oleh indra, yang kemudia diproses sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan.

Ketiga petunjuk di atas merupakan petunjuk yang diberikan oleh Allah, dan masih ada petunjuk yang lain yaitu berupa hidayah yang menuntun seseorang untuk menjadi lebih baik. Mengenai lafadz shiratal mustaqim banyak ulama yang berbeda dalam menafsirkannya. 

Menurut ahli takwil seperti Abu Ja’far dan yang lainnya sepakat bahwa lafadz ini memiliki arti jalan yang lurus dan tidak berkelok-kelok. Sedangkan menurut imam Ats-Tsauri lafadz ini memiliki arti kita Al-Quran. Dan menurut imam Ad-Dhahak lafadz ini memiliki makna agama Islam. 

Maka dapat diambil kesimpulan dari berbagai pendapat ulama di atas bahwa lafadz shiratal mustaqim merupakan jalan yang lurus atau jalan kebenaran menurut agama Islam, dan pedoman dalam agama Islam adalah Al-Quran. Maka kita sebagai umat Islam mengharapkan petunjuk kepada Allah yaitu petunjuk agama Islam yang sesuai dengan Al-Quran.

Kandungan Makna Al-Fatihah Ayat 7

Shiratal ladzina an’amta alaihim, ghairil maghdhubi alaihim wa ladh dhollin

Dalam kitab Tafsirul Qur’anil Adzim dijelaskan bahwa orang yang mendapatkan nikmat dalam lafadz an’amta alaihim adalah mereka yang telah diberi petunjuk atau hidayah oleh Allah. Sedangkan Ad-Dhahak meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang yang mendapat nikmat tersebut dijelaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 69. 

Dan imam Abu Ja’far Ar-Razi berpendapat bahwa yang dimaksud dalam lafadz ini adalah para nabi. Lafadz  ghairil maghdhubi alaihim wa ladh dhollin menurut tafsiran dalam kitab Tafsirul Qur’anil Adzim adalah orang-orang yahudi dan orang-orang nashrani. Atau jika kita tarik dalam keadaan saat ini yang dimaksud dari lafadz tersebut adalah orang-orang non Islam. 

Maka sangatlah jelas yang dimaksud dalam ayat ini adalah sebagai lanjutan dari ayat sebelumnya, yaitu kita mengharapkan petunjuk agar selalu senantiasa berada di jalan yang dikehendaki Allah, dan agar kita tidak terperosok ke dalam golongan-golongan orang kafir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun