Tetapi, apa yang mereka lakukan itu secara implisit mencerminkan adanya ketidak serasian dikalangan bangsa ini. Kalau hal ini terpelihara secara kental maka yang demikian itu merupakan suatu kondisi yang gampang menyulut pemberontakan atau perbuatan makar terhadap Pemerintah.
Maka itu saran kita kepada semua eksponen Bangsa dimanapun berada marilah kita kuburkan saja istilah-istilah Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi itu karena dapat menimbulkan "perpecahan" permanen dikalangan Bangsa ini.
Kita ingin membangun suatu Bangsa yang besar dengan menyandang gelar-gelar bangsa yang besar, bangsa yang beradab, bangsa yang berperi kemanusiaan, bangsa yang mapan, bangsa yang berdaulat, bangsa yang disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa yang lain, dan sebagainya.
Akan tetapi semua itu tidak mungkin bisa tercapai kalau masih ada "sekat-sekat" tersembunyi dikalangan kita sebagai akibat 50 tahun lamanya bangsa kita hidup ditengah-tengah orde-ordeyang ada.
Masa depan itu bukan lagi kehendak ordetetapi kehendaknya Bangsa. Kalau masa depan itu kehendak suatu orde, misalnya Orde Baru, maka masa depan bangsa akan diwarnai dengan kehidupan yang serba feodalistis, kompromistis terutama dengan kaum kapitalis dan neo kapitalis.
Tidak akan ada "manusia yang seutuhnya" seperti yang dikatakan Soehartopada masa dia berkuasa dahulu. Karena kita sangat memahami sekali bagaimana model pembangunanyang diprakarsai oleh Soeharto. Kemana arahnya pun kita sudah sangat paham.
Masa depan Bangsa itu adalah masa depan tanpa orde-ordean, suatu masa depan yang harus terkonstruksidengan bahan-bahan material ideologiPancasila, dedikasidan loyalitas, "sepi ing pamrih rame ing gawe", kerukunan antar sesama suku bangsa, kerukunan umat beragama, ekonomi berazaskan Socio ekonomiPancasila dengan Berdikari sebagai penopangnya, dan sebagainya.
Dalam masa depan Bangsa itu semua komponen bangsa berkedudukan sama, tak ada lagi sekat-sekat politik, tak ada lagi diskriminasi status, tak ada lagi eksploitasimanusia oleh manusia karena adanya "like and dislike" tak ada lagi kecurangan dan korupsi, tak ada lagi kesombongan dan keangkuhan parsial, tak ada lagi kemiskinan dan kesengsaraan yang merata, dan sebagainya.
Masa depan yang dikehendaki itu bukanlah suatu hal yang mustahil tetapi suatu realitayang bisa dicapai dan bisa diwujudkan asalkan Bangsa ini tidak bermimpi lagi dengan hal-hal yang ilusif, berkhayal diluar dari kenyataan.
Untuk itu Bangsa ini harus dibangun jiwanya, harus dibangun kehidupannya yang selaras dengan perjalanannya menuju masa depan, harus diarahkan kepada konsep-konsep yang Pancasilais, harus diletakkan pada proporsinya sebagai suatu bangsa yang besar yang tidak hanya tahu mengeluh dan mengejek saja, dan banyak bertawakkal kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan syarat-syarat seperti itulah mudah-mudahan masa depan Bangsa kita itu akan terwujud menjadi satu kenyataan namun, sebelumnya perlu kesadaran bagi semua eksponen Bangsa bahwa untuk membangun itu perlu pengorbanan dan kerja keras. Kemakmuran tidak datang dengan sendirinya dari langit, kemakmuran itu harus diperjuangkan.***  Â