Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyebarkan Bela Negara dalam Hari dan Makna

18 Desember 2017   11:55 Diperbarui: 18 Desember 2017   12:20 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita "melawan" karena tak mau dijajah, kita "mempertahankan" karena kita bukan agresor.Itulah kesimpulan sementara yang kita petik dari ungkapan diatas dan kita mencoba menggiringnya kedalam bentuk pemahaman yang lebih luas lagi.

Memang, di banyak negara Bela Negara itu diartikan wajib militer(wamil) tetapi terminologiitu berbau militeristiksedangkan, negara kita bukan negara militer. Sebenarnya, di atas dunia ini apa yang dinamakan negara militer itu tidak ada dan kalau pun ada umurnya tak pernah panjang.  

Pada dasarnya hampir semua negara dia tas dunia ini bersifat negara demokratistetapi, dalam wajib militerhampir tak pernah diabaikan. Indonesia sebagai negara yang demokratistidak menghendaki istilah wajib militeritu digunakan dan sebagai penggantinya dipakailah istilah Bela Negara. Istilah itu lebih relevanlagi ketimbang wajib militer.

Pada Bela Negara itu yang dibela adalah Negara tetapi dengan istilah wajib militertadi nuansanya mengesankan kehidupan yang militeristik.Seakan wajib militeritu terkesan adanya perang dan terhadap warga negaranya ada pemaksaan untuk memasuki wajib militer. 

Beda dengan Bela Negaratadi, disana kesadaranyang diminta. Jadi, dalam Bela Negara tidak ada pemaksaan. Dalam Bela Negaraitu Negara yang memanggil tetapi, dalam wajib militertadi seakan kaum militerlah yang memanggil.

Meskipun tidak ada pemaksaan tetapi kesadaranuntuk membela Negara itu tidak bisa dielakkan kalau Negara sudah memanggil. Hanya pada alasan tertentu saja untuk tidak memenuhi panggilan Negara tersebut.   

Kita tidak menghendaki Negara kita collapseditengah jalan dan adalah satu dosa besar bagi warga yang membiarkan Negaranya mengalami kehancuran. Akibat dari negara gagal (failure state) yang akan menanggung adalah warganya juga. Oleh sebab itu kesadarantadi adalah semacam kepentinganbagi warganya sendiri.

Kalau sudah menyangkut kepentingantidaklah mungkin lagi warga negara tersebut menghindar dari tanggung jawab.Awalnya berangkat dari kesadarankarena disana ada kepentingandan kemudian berakhir pada tanggung jawab.

Jadi, Bela Negara itu awalnya berangkat dari kesadarankarena disana terdapat kepentinganyang kemudian berakhir pada tanggung jawabwarga negara. Itulah sekilas prosesi hati nuraniwarga terhadap Bela Negarakalau Negara sudah memanggil.

Persoalannya sekarang, apa yang menjadi isi daripada Bela Negara itu sehingga setiap warga negara yang dipanggil berpartisipasimemang merasa benar-benar terpanggil. Maka disini konsepBela Negara  itu seharusnya diisi dengan substansiyang memang benar-benar membuat setiap warga negara itu terpanggil.

Oleh karenanya Bela Negara itu tidak bisa diisi dengan latihan fisik saja, latihan ketrampilan militersaja, tetapi juga harus dibarengi pula dengan paham -- paham kenegaraan, dan last but not least, ideologi Negaraadalah yang paling utama untuk diberikan kepada setiap peserta Bela Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun