Ibu Guru yang diberi gelar "Idola" itu memang cocok sekali dengan perilakunya selama ini. "Idola" itu diartikan murid-murid dengan "Ibu Doyan Lapak" karena dia suka Malapak = Menampar murid-murid. Lapak itu bahasa Minang!
Saya dijuluki "Guru Idola" itu tentu ada sebabnya. Saya pribadi sebagai seorang guru tidak pernah menampar, apalagi memukul murid didalam kelas walau bagaimanapun nakalnya anak-anak didik kita itu. Selain itu saya mempunyai prinsip, selagi di kelas saya seorang guru, diluar kelas saya ini "sahabatnya" siswa-siswa.Yang demikian itu bukan dibuat-buat, pembawaan saya memang sudah begitu. Maka akhirnya dilemparkanlah tudingan kepada saya dengan mengatakan saya itu "lemah" terhadap siswa-siswa.
Namun, tidak demikian kenyataannya, selagi saya mengajar hampir tidak pernah suasana di kelas itu ribut. Saya memberikan pelajaran tidak monotoon tetapi selalu bervariasi. Itulah yang mungkin menyebabkan anak-anak didik itu betah mengikuti pelajaran dari saya. Padahal, bidang studi yang saya ajarkan ada empat macam, yaitu Fisika, Matematika, Biologi, Bumi dan Antariksa.
Kita harus sadar bahwa siswa-siswa yang sedang kita didik itu semuanya berada didalam masa pertumbuhandan tentunya dalam situasi seperti itu situasi jiwanya masih labil. Gamang kalau dilepas sendirian. Anak manusia yang seperti ini butuh panutan. Itu sudah pasti!
Banyak dikalangan murid-murid saya dahulu yang mengadu kepada saya dari perihal masalah pribadinya. Bukan sekali dua kali saya menyelesaikan masalah "asmara" yang merasuk kedalam jiwa murid-murid saya sehingga saya dijuluki oleh mereka "Dr. Asmara". Saya hanya ketawa saja mendengar julukan itu.Â
Pernah juga saya menyelesaikan persoalan rumah tangga murid saya karena dia diperlakukan secara keras oleh orangtuanya. Bukan itu saja, juga pernah saya menyelesaikan orang tua dari murid saya yang hampir bercerai. Semua apa yang saya lakukan itu tanpa setahu Kepala Sekolah dan guru-guru yang lain. Memang, yang demikian itu sengaja saya lakukan karena persoalan itu bukan lagi masuk lingkungan sekolah tetapi, sudah masuk lingkungan pribadi. Â Â
Ketika sekolah tempat saya mengajar itu mau dibakar oleh murid-murid saya yang tidak lulus ujian akhir, saya sendiri saja yang menghadapinya setelah semua guru saya suruh pulang. Akhirnya niat untuk membakar sekolah itu dibatalkan oleh mereka setelah mereka tahu saya ada di sekolah menunggu kedatangan mereka. Wibawa saya sebagai seorang guru itulah yang membuat mereka murid-murid itu enggan untuk berbuat lebih jauh.
Namun, saya sendiri tak pernah mendapatkan julukan "Guru Teladan". Guru-guru Teladan pada masa itu hanya didasarkan pada prestasi akademiksaja, bukan berdasarkan interaksidengan murid, bagaimana membina murid-murid itu sehingga menjadi "murid teladan". Â Â
Inilah kesan-kesan dan juga saran-saran yang bisa saya berikan dalam rangka menyambut Hari Guru. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya tentang tulisan saya ini. Saya mohon ma'af kalau ada guru yang merasa tersinggung.
Tak lupa saya ucapkan Selamat Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Semoga ada manfaatnya !Â
***