Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keganasan Belanda Menumpas Pemberontakan Rakyat

17 November 2017   00:14 Diperbarui: 17 November 2017   00:55 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar (fakultas.net)

Katanya orang Belanda itu beradab bahkan, menganggap dirinya lebih beradab dari inlanderpribumi orang Indonesia tetapi, ternyata biadab. Rata-rata orang Eropah, orang Barat, semuanya begitu kelakuannya. Kejam terhadap orang yang bukan sebangsanya.

Keganasan Belanda belum sampai disitu saja, masih berlanjut. Para Pemberontak tidak tega melihat keluarganya diperlakukan kejam seperti itu. Akhirnya mereka semua terpaksa keluar dari tempat persembunyiannya dan menyerahkan diri.

Semua para Pemberontak yang ditangkap itu lebih dari 5.000 (lima ribu) orang. Tentu saja yang tertangkap ini diperlakukan lebih ganas lagi oleh Belanda. Setelah mereka para Pemberontak itu dijebloskan kedalam dua penjara, yang masing-masingnya hanya mampu menampung 150 orang tahanan, dapatlah dibayangkan bagaimana sesaknya duapenjara tersebut.

Tidurpun terpaksa berdiri, tak mungkin untuk merebahkan diri. Yang demikian itu tidak sebentar, berlangsung berhari-hari lamanya. Betapa tersiksanya para tahanan politik itu tidaklah dapat dibayangkan. Mungkin Anda bergidik melihatnya. Tentu saja, bagaimana bisa tidur nyenyak seperti itu dengan mimpi yang indah.   

Sudahlah tidur tidak nyenyak, ransum makanan pun dijatah pula. Untuk sarapan pagi, makan siang maupun makan malam hanya diberikan satu muk(kobokan/tempat cuci tangan) saja.

Lauknya ikan asin yang kecil-kecil itu ditambah dengan rebusan sayur kangkung sedikit. Terkadang didalam sayur kangkung itu terdapat pula anak lintah atau cacing. Untuk air minumpun dijatah pula, hanya diberi satu cangkir kecil saja. Makan dan minum harus bergantian karena muk dan cangkirnya terbatas. 

(Bersambung).   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun