Selain penyakit mulut dan kuku (PMK), penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya, Lumpy Skin Disease (LSD), juga sedang mewabah di Indonesia saat ini. Penyakit ini sebelumnya hanya terjadi di wilayah Afrika dan Timur Tengah saja, namun sejak tahun 2015 menyebar ke wilayah Balkan di Eropa bagian tenggara dan terus ke arah timur hingga ke wilayah Kaukasus, bagian selatan Rusia dan wilayah Asia. Pada tahun 2022, hampir secara bersamaan dengan PMK, penyakit ini pertama kali dideteksi di Indonesia.
Apa itu LSD? Yuk, kita kenali penyakit ini lebih dekat!
Siapa saja yang bisa tertular penyakit ini?
Penyakit yang disebabkan oleh virus ini tidak menular ke manusia, hanya menular ke sapi dan kerbau air.Â
Apa dampak yang diakibatkan?
Penyakit ini menyebabkan kerugian yang besar pada sistem produksi suatu peternakan karena adanya penurunan tajam pada produksi susu, gangguan kesuburan/reproduksi ternak, aborsi/keguguran, kerusakan kulit, penurunan berat badan, dan kadang juga menyebabkan kematian. Kerugian lain yang terjadi adalah adanya pelarangan lalu lintas ternak dan perdagangan.
Bagaimana hewan ternak kita bisa tertular?
Biasanya penyakit ini ditularkan melalui serangga penggigit seperti nyamuk, lalat, dan caplak. Membawa sapi yang telah terinfeksi dari daerah tertular juga akan meningkatkan risiko penularan pada hewan ternak yang masih sehat. Selain itu, penularan penyakit ini juga bisa terjadi dengan kontak langsung antara hewan tertular dan hewan sehat, atau melalui air minum, pakan, dan susu yang terkontaminasi.
Apa saja gejala hewan ternak yang sudah terinfeksi?
Hewan yang sudah tertular akan menunjukkan gejala demam tinggi, kehilangan nafsu makan, dan penurunan produksi susu. Munculnya benjolan pada kulit dengan ukuran 1-5 cm, biasanya pertama kali terjadi di daerah kepala dan leher. Jumlah benjolan kemudian akan bertambah dan menyebar ke seluruh bagian tubuh. Biasanya, di bagian tengah benjolan akan muncul luka seperti luka akibat penyakit cacar. Selain itu, produksi kotoran/leleran pada mata dan air liur akan bertambah.Â
Apa yang harus kita lakukan jika hewan kita sudah tertular?
Amati hewan ternak kita secara harian. Laporkan sesegera mungkin jika menemukan hewan ternak yang terindikasi sudah tertular penyakit ini kepada dokter hewan, petugas kesehatan hewan atau petugas dinas setempat yang akan segera bertindak. Lalu lintas hewan sebaiknya dihentikan terlebih dahulu.
Di atas, terdapat video yang diproduksi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) yang menjelaskan tentang info penting secara lebih mendetail untuk diketahui bersama terkait penyakit ini dan penyakit Bluetongue, penyakit lain yang menyerang hewan ternak yang belum ada di Indonesia. Kita akan membahasnya di tulisan terkait penyakit ternak berdampak besar berikutnya sebagai bentuk kesiap-siagaan kita.
Sumber bacaan:
https://www.fao.org/3/i7330e/i7330e.pdf
https://slideplayer.com/slide/15372066/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H