Barangkali kamu akan senyum-senyum sendiri membaca judulnya, itu karena kamu belum pernah pake aplikasi ini, kalau udah pernah menggunakannya pasti kamu akan . . . . ( Haha )
Di penghujung semester gasal tahun ini aplikasi ARD begitu ramai diperbincangkan guru-guru Madrasah, bukan hal yang berbau positif yang muncul, melainkan bingung dan jengkel yang dirasakan, begitulah kira-kira. Bermula dari ditetapkannya kurikulum K-13 pada setiap jenjang pendidikan lantas kemudian Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah (KSKK Madrasah) mencari solusi teknik penilaian hasil belajar peserta didik yang akhirnya memanfatkan teknologi komputer dengan meluncurkan Aplikasi Raport Digital berbasis web online.
Ya, ARD merupakan Aplikasi Raport Digital yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka memudahkan guru dalam memberikan output nilai peserta didik dalam satu semester. Nilai yang harus diinput pun beragam, mulai dari nilai ulangan harian, nilai portofolio, nilai proyek, nilai praktik, hingga nilai semester murni, semuanya tercantum secara rapi laksana orang yang antri berbaris hendak masuk kereta api.
Lahirnya ARD menurut saya merupakan sebuah bentuk dari kemajuan era Revolusi Elektronik 4.0, yang konon sekarang sudah bukan Era Z lagi, apalagi milenial, di mana semua orang dituntut untuk paham komputer, ya termasuk guru-guru sepuh, namun ironisnya pelajaran komputer justru bisa dibilang semakin terkikis, tidak menjadi pelajaran inti di Madrasah, hanya sebatas Muatan Lokal atau bahkan sebatas ekstrakurikuler.
Kelebihan dan Kekurangan
Dalam aplikasi raport digital ini terdapat beberapa menu yang harus diisi oleh Operator Madrasah. Menu tersebut adalah menu beranda dan menu konfigurasi. Untuk menu beranda di dalamnya terdapat menu guru, menu siswa, menu ekstrakurikuler dan menu untuk belajar. Sedangkan untuk menu konfigurasi di dalamnya terdapat menu madrasah, mata pelajaran, muatan lokal, ekstrakurikuler, guru, siswa dan golongan belajar.
Secara umum aplikasi ini memang sedikit membantu memudahkan operator dalam print out hasil belajar peserta didik, bukan hanya kuantitas nilai saja yang tercantum, akan tetapi di dalamnya tertulis juga deskripsi nilai pengetahuan dan pemahaman siswa, kemampuan-kemampuan serta keterampilan siswa semua tercantum secara detail pada setiap lini mata pelajaran, sehingga ketika penerimaan raport orangtua akan tahu sejauh mana hasil belajar anak selama satu semester.
Di sisi lain banyak sekali kekurangan yang ada (ya maklumlah manusia sukanya cari kekurangan) mulai dari kewajiban terhubung dengan server utama, teknis input yang serba menggunakan klik (yang idealnya pake enter/tab seperti halnya pada Ms. Excel), input deskripsi yang serba manual, serta input data siswa yang agak ribut, ditambah lagi patching raport yang berbeda-beda pada setiap komponen.
Selain itu pengisian data profil siswa pada aplikasi ARD ini harus diisi penuh sebelum akhirnya disave, karena kalau hanya diisi sementara maka saving file akan menjadi error, begitu juga dengan input catatan siswa selama satu semester yang harus diisi secara maksimal supaya mampu di print out dalam bentuk Soft file pdf.
Masihkah Efektif ?
Semenjak aplikasi ini rilis, operator pada tiap madrasah mendapat undangan dalam rangka bimbingan teknis penggunaan ARD tersebut, setiap sekolah biasanya mengirimkan satu perwakilan dalam pelatihan ini. Sayangnya, pada pelatihan yang diadakan oleh Kemenag Kabupaten Jepara tidak begitu sesuai harapan, ditambah listrik yang saat itu padam menjadikan pelatihan tersebut semacam acara jagongan di angkringan. Al hasil pulang hanya membawa buku panduan penggunaan aplikasi dan belajar mandiri menggunakan buku tersebut. Sedikit beruntungnya Operator Madrasah kami adalah salah satu mantan aktivis yang pernah bergelut di dunia jurnalistik dan salah satu orang yang melek baca, Baca dikit Bisa ! (Bisa sedikit membaca)
Problematika yang hadir mengenai aplikasi ini sebenarnya sudah terlalu kompleks, apalagi kondisi sumber daya guru sepuh yang mohon maaf terus terang gagap akan teknologi tentu menjadikan guru-guru menjadi seperti kerja dua kali lipat, yang pada akhirnya para guru akan meminta tolong kepada Operator Madrasah atau bahkan putra-putrinya sendiri untuk mengisi hasil belajar siswa-siswinya tersebut.
Sejauh yang saya amati, banyak sekali guru yang berkeluh kesah atas munculnya aplikasi tersebut, sehingga beberapa instansi madrasah justru mencari sebuah formula baru dalam penyelesaian raport semester gasal tahun ini. Banyak operator madrasah yang menggunakan teknik komputasi dengan Ms. Excel dan ada pula yang manual seperti biasanya. Tentu inipun tidak menjadi solusi yang solutif, justru malah membuat double kinerja, karena bagaimanapun juga input data ke ARD hukumnya adalah Wajib, sehingga di awal-awal semester genap ini justru malah banyak operator madrasah dan guru yang baru memberikan input data hasil belajar peserta didik ke dalam aplikasi ARD tersebut.
Perlu Pembaruan Konten
Ada sebuah kaidah yang berbunyi Al Mukhafadhotu Ala Qodiimis Sholih Wal Akhdzu Bil Jadidil Ashlah, secara kontekstual kurang lebih begini maknanya ( Sesuatu yang sekiranya masih baik untuk dikerjakan maka lanjutkanlah, dan kiranya perlu perbaikan maka carilah sebuah cara terbaru untuk memperbaiki itu )  maka tentu ini menjadi sebuah kaidah rujukan tepat yang perlu diterapkan oleh tim pengelola aplikasi raport ARD Madrasah secara khusus dan seluruh elemen Madrasah secara umum mulai dari Kepala Madrasah, Operator, Staff Operator, Wali Kelas hingga Guru Mata Pelajaran.
Dalam analisis hemat dari tim operator kami, ada setidaknya tiga hal yang menjadi solusi konkrit atas kompleksitas problematika ini. Pertama, perbaikan teknis pada setiap komponen input data, terhubungnya aplikasi ini dengan internet sebenarnya sudah menjadi beban mental tersendiri bagi para guru saat input data hasil belajar peserta didik, ditambah dengan loading saat menyimpan input nilai atau bahkan jika suatu saat listrik padam. Setidaknya pada tiap input data apapun, tombol Enter dan Tab menjadi tombol utama untuk menunjang akselerasi input, karena elemen input banyak dan jumlah siswa pun juga sangat banyak.
Kedua, Penghapusan Patching Raport, adanya patching raport pada aplikasi ini sejatinya menunjukkan bahwa belum optimalnya aplikasi tersebut. Pada aplikasi ARD terdapat enam patching raport, patching raport tersebut merupakan semacam alat perbaikan konten namun masih terpisah-pisah. Sehingga perlu peng-copy-an file dari patching raport yang terbaru ke dalam versi sebelumnya. Adanya peniadaan patching raport akan sedikit memberikan kesan positif tersendiri bahwa aplikasi ini memang benar-benar sudah siap untuk disosialisasikan ke madrasah sebagai bentuk dari solusi terbaik dari pemerintah dalam menunjang penilaian Kurikulum 2013.
Ketiga, Yaitu kesadaran kolektif seluruh elemen madrasah, menjadi hal yang sangat wajar bahwa kesadaran setiap individu akan tugas masing-masing di setiap profesi merupakan sebuah kewajiban, apalagi mengajar dalam dunia pendidikan adalah bagian dari sebuah bentuk pengabdian diri, maka segala bentuk regulasi pemerintah tetap harus kita terima sebaik mungkin, seperti halnya lahirnya aplikasi ini, tetap harus disikapi secara bijak, pengarahan dan komunikasi seluruh elemen madrasah harus dilakukan secara masif, diadakaannya bimtek lokal terhadap guru-guru sepuh, sehingga tidak ada lagi yang namanya keluh kesah dan bingung terhadap penggunaan ARD ini. Karena selain cerdas, seorang guru sejatinya harus bersikap dinamis terhadap segala hal yang baru.
Saya kira itu yang menjadi benchmark penilaian terhadap aplikasi yang baru lahir ini, tidak ada unsur negatif sama sekali terhadap segala regulasi pemerintah terkait peningkatan kualitas pendidikan, toh faktanya kita juga mengimplementasikannya di Madrasah, redaksi ini hanya sebatas studi mini, otokritik, dan fenomena sementara yang lahir di beberapa instansi madrasah entah negeri ataupun swasta.
Barangkali kita memang seedikit kaget dengan cara kerja aplikasi ARD yang terus terang memang menyita waktu cukup banyak, biasanya dengan bantuan Ms. Excel jumlah peserta didik 700 mampu diselesaikan hanya dalam seminggu, dan menggunakan aplikasi ini terbukti dengan satu Operator Madrasah yang dibantu dua Staff Operator belum mampu menyelesaikan input nilai yang hanya kurang lebih 500 siswa selama dua minggu, itupun sudah pagi siang sore malam stay on Madrasah. Semoga ke depan ARD akan diperbarui sedemikian rupa dan menjadi satu-satunya aplikasi terbaik dalam menunjang input hasil belajar peserta didik.
#Bravo Pendidikan Indonesia
Wahid, Muhammad Abdul. 2019. Aku Rindu Dia. Jepara : Ngulekan Press
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H