Problematika yang hadir mengenai aplikasi ini sebenarnya sudah terlalu kompleks, apalagi kondisi sumber daya guru sepuh yang mohon maaf terus terang gagap akan teknologi tentu menjadikan guru-guru menjadi seperti kerja dua kali lipat, yang pada akhirnya para guru akan meminta tolong kepada Operator Madrasah atau bahkan putra-putrinya sendiri untuk mengisi hasil belajar siswa-siswinya tersebut.
Sejauh yang saya amati, banyak sekali guru yang berkeluh kesah atas munculnya aplikasi tersebut, sehingga beberapa instansi madrasah justru mencari sebuah formula baru dalam penyelesaian raport semester gasal tahun ini. Banyak operator madrasah yang menggunakan teknik komputasi dengan Ms. Excel dan ada pula yang manual seperti biasanya. Tentu inipun tidak menjadi solusi yang solutif, justru malah membuat double kinerja, karena bagaimanapun juga input data ke ARD hukumnya adalah Wajib, sehingga di awal-awal semester genap ini justru malah banyak operator madrasah dan guru yang baru memberikan input data hasil belajar peserta didik ke dalam aplikasi ARD tersebut.
Perlu Pembaruan Konten
Ada sebuah kaidah yang berbunyi Al Mukhafadhotu Ala Qodiimis Sholih Wal Akhdzu Bil Jadidil Ashlah, secara kontekstual kurang lebih begini maknanya ( Sesuatu yang sekiranya masih baik untuk dikerjakan maka lanjutkanlah, dan kiranya perlu perbaikan maka carilah sebuah cara terbaru untuk memperbaiki itu )  maka tentu ini menjadi sebuah kaidah rujukan tepat yang perlu diterapkan oleh tim pengelola aplikasi raport ARD Madrasah secara khusus dan seluruh elemen Madrasah secara umum mulai dari Kepala Madrasah, Operator, Staff Operator, Wali Kelas hingga Guru Mata Pelajaran.
Dalam analisis hemat dari tim operator kami, ada setidaknya tiga hal yang menjadi solusi konkrit atas kompleksitas problematika ini. Pertama, perbaikan teknis pada setiap komponen input data, terhubungnya aplikasi ini dengan internet sebenarnya sudah menjadi beban mental tersendiri bagi para guru saat input data hasil belajar peserta didik, ditambah dengan loading saat menyimpan input nilai atau bahkan jika suatu saat listrik padam. Setidaknya pada tiap input data apapun, tombol Enter dan Tab menjadi tombol utama untuk menunjang akselerasi input, karena elemen input banyak dan jumlah siswa pun juga sangat banyak.
Kedua, Penghapusan Patching Raport, adanya patching raport pada aplikasi ini sejatinya menunjukkan bahwa belum optimalnya aplikasi tersebut. Pada aplikasi ARD terdapat enam patching raport, patching raport tersebut merupakan semacam alat perbaikan konten namun masih terpisah-pisah. Sehingga perlu peng-copy-an file dari patching raport yang terbaru ke dalam versi sebelumnya. Adanya peniadaan patching raport akan sedikit memberikan kesan positif tersendiri bahwa aplikasi ini memang benar-benar sudah siap untuk disosialisasikan ke madrasah sebagai bentuk dari solusi terbaik dari pemerintah dalam menunjang penilaian Kurikulum 2013.
Ketiga, Yaitu kesadaran kolektif seluruh elemen madrasah, menjadi hal yang sangat wajar bahwa kesadaran setiap individu akan tugas masing-masing di setiap profesi merupakan sebuah kewajiban, apalagi mengajar dalam dunia pendidikan adalah bagian dari sebuah bentuk pengabdian diri, maka segala bentuk regulasi pemerintah tetap harus kita terima sebaik mungkin, seperti halnya lahirnya aplikasi ini, tetap harus disikapi secara bijak, pengarahan dan komunikasi seluruh elemen madrasah harus dilakukan secara masif, diadakaannya bimtek lokal terhadap guru-guru sepuh, sehingga tidak ada lagi yang namanya keluh kesah dan bingung terhadap penggunaan ARD ini. Karena selain cerdas, seorang guru sejatinya harus bersikap dinamis terhadap segala hal yang baru.
Saya kira itu yang menjadi benchmark penilaian terhadap aplikasi yang baru lahir ini, tidak ada unsur negatif sama sekali terhadap segala regulasi pemerintah terkait peningkatan kualitas pendidikan, toh faktanya kita juga mengimplementasikannya di Madrasah, redaksi ini hanya sebatas studi mini, otokritik, dan fenomena sementara yang lahir di beberapa instansi madrasah entah negeri ataupun swasta.
Barangkali kita memang seedikit kaget dengan cara kerja aplikasi ARD yang terus terang memang menyita waktu cukup banyak, biasanya dengan bantuan Ms. Excel jumlah peserta didik 700 mampu diselesaikan hanya dalam seminggu, dan menggunakan aplikasi ini terbukti dengan satu Operator Madrasah yang dibantu dua Staff Operator belum mampu menyelesaikan input nilai yang hanya kurang lebih 500 siswa selama dua minggu, itupun sudah pagi siang sore malam stay on Madrasah. Semoga ke depan ARD akan diperbarui sedemikian rupa dan menjadi satu-satunya aplikasi terbaik dalam menunjang input hasil belajar peserta didik.
#Bravo Pendidikan Indonesia
Wahid, Muhammad Abdul. 2019. Aku Rindu Dia. Jepara : Ngulekan Press