Selain itu, institusi pendidikan dan komunitas lokal juga dapat berperan dalam mengajarkan dan mempraktikkan tradisi ini, sehingga nilai-nilai kesopanan dan penghormatan tetap terjaga dalam masyarakat Bugis.Â
Pentingnya ma'patabe' tidak hanya terletak pada aspek budaya, tetapi juga berkaitan dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan menerapkan ma'patabe', masyarakat Bugis menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati, yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal.Â
Dalam konteks modernisasi dan globalisasi, tantangan dalam melestarikan tradisi ma'patabe' semakin besar.
Namun, dengan kesadaran kolektif dan upaya bersama, tradisi ini dapat terus dipertahankan sebagai identitas budaya yang memperkaya keragaman budaya Indonesia.Â
Melalui pendidikan, sosialisasi, dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai ma'patabe' dapat diwariskan kepada generasi mendatang, memastikan bahwa sikap kesopanan dan penghormatan tetap menjadi bagian integral dari masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan.
Referensi:
Hasmawati, I. Jumardi, & A. Mawahib R. (2020). Tradisi Mappatabe dalam Masyarakat Bugis di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros (Analisis Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal terhadap Pengamalan Sila Kedua Pancasila). Jurnal PENA, 7(2), 151-155.Â
M. Ihsan & M. Syukur. (2022). Tradisi Mappatabe pada Masyarakat Bugis di Desa Marannu, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang. Pinisi Journal Of Sociology Education Review, 2(1), 11-20.Â
Zultan. (2021). Tradisi Mappatabe' (Membungkukkan Badan) dalam Perspektif Adat dan Islam pada Masyarakat Bugis di Desa Lise Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidenreng Rappang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.Â
N. K. Suhada. (2019). Menemukan Budaya Tabe Bugis-Makassar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3.Â