Salah satu dampak paling nyata dari adanya rektor oligarki dalam kampus adalah terancamnya kebebasan akademik.
Kebebasan akademik merupakan nilai dasar yang mendasari institusi pendidikan tinggi, yang memungkinkan para akademisi dan mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran kritis, melakukan penelitian yang objektif, serta menyampaikan pendapat tanpa takut dibatasi oleh tekanan eksternal.
Namun, dalam situasi di mana kekuasaan terkonsentrasi pada sekelompok kecil individu yang memiliki kepentingan tertentu, kebebasan akademik dapat dengan mudah tergerus.
Rektor yang berkuasa dalam sistem oligarki cenderung membuat kebijakan yang lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya, bukan berdasarkan prinsip akademik yang objektif.Â
Misalnya, keputusan terkait anggaran penelitian atau alokasi dana kampus dapat dipengaruhi oleh siapa yang memiliki hubungan dekat dengan pengambil keputusan.
Sebagai akibatnya, banyak ide dan inisiatif yang dapat dipandang kontroversial atau berbeda dari pandangan kelompok dominan akan terkendala atau bahkan dibungkam.
Lebih jauh lagi, para dosen yang seharusnya bebas untuk mengeksplorasi berbagai ide dan pemikiran baru dapat merasa tertekan untuk mengarahkan penelitian mereka ke arah yang lebih sesuai dengan kepentingan kelompok tertentu.
Jika kebebasan akademik tergerus, maka kualitas penelitian dan pengajaran di kampus bisa terpengaruh. Hal ini tentu berbahaya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan penciptaan lingkungan pendidikan yang inovatif.
Penyalahgunaan Kekuasaan dalam Struktur Organisasi Kampus
Praktik oligarki tidak hanya mempengaruhi kebebasan akademik, tetapi juga dapat merusak struktur organisasi kampus secara keseluruhan. Rektor yang beroperasi dalam sistem oligarki cenderung memperkuat dan mempertahankan kekuasaan dengan membangun jaringan loyalitas di dalam kampus.
Ini sering kali melibatkan penunjukan pejabat atau dekan-dekan yang hanya memiliki kesamaan visi atau kepentingan dengan mereka, bukan berdasarkan kompetensi atau kualifikasi yang objektif.