kecil ku merangkak, tumpukan siku diatas tanah berlendir
menjilat serbuk sisia bara yang tersapu anginÂ
sejuk,mati rasa kumenangis meraung
mendengar dentingan nada, merayuku tuk menengok berbalik
mereka dengan bertelanjanag dada meneteskan peluh kesenangan batin
nada itu keluar dari sana
kudiam dalam kebisingan merekaÂ
hanyut seolah tengah bersetubuh dengan  rutinitas itu
kening berkerut, seolah tak mampu utarakan kesenangan
bermain bersama lewat nada
gadis gadis muda tertawa lepas, pujangga dengan gagah mendekat berbekal moral
nampak tak bertahta, namun jelas aura merekah
pekerja seni,penikmat seni tak minat menjelma jadi awal tituk kehancuran
mereka dengan terlilit kain hitam, kain penolong katanya
kepalsuan yang nampak, membuat beribu pasang mata tertipu
mereka bermain dalam suara, bergerak dalam irama
beramai ditanah milik dengan sesuka hati
nampakkan asli dengan kepalsuan
maka berhati hati dan nikmati
mereka,aku, kami pemain seni duniawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H