Ia mulai membersihkan ruangan itu di akhir pekan, dibantu oleh beberapa murid yang dengan senang hati menyumbangkan tenaga mereka. Ayu, dengan semangat khas anak-anak, membantu mengecat dinding dengan warna-warna cerah. Didi dan teman-temannya mengangkat meja-meja kayu yang masih layak pakai ke dalam ruangan.
Pak Adi, yang mendengar tentang rencana itu, turut mendukung. Ia menyumbangkan rak buku sederhana yang ia buat sendiri dari kayu bekas. Warga lainnya mulai ikut ambil bagian. Beberapa ibu rumah tangga mencari buku cerita lama di rumah mereka, sementara para bapak membantu memperbaiki pintu dan jendela yang sudah usang.
Dalam beberapa minggu, ruangan kecil itu berubah menjadi perpustakaan sederhana. Meski koleksi bukunya belum banyak, perpustakaan itu menjadi tempat yang menarik bagi anak-anak. Mereka bisa membaca buku cerita, belajar bersama, atau sekadar duduk di sana untuk menikmati suasana tenang.
"Bu Guru, ini tempat favorit saya sekarang!" seru Ayu suatu hari saat membaca buku cerita bergambar.
Mendengar itu, Raya merasa usahanya tidak sia-sia. Ia sadar, meski hanya langkah kecil, perpustakaan itu bisa menjadi awal dari perubahan besar.
Raya tidak berhenti di situ. Ia ingin Desa Sukomulyo lebih mandiri dalam mendukung pendidikan. Dengan bantuan Pak Adi, ia mengadakan pelatihan keterampilan sederhana bagi warga. Mereka diajarkan cara membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alami seperti bambu dan rotan. Raya berharap, hasil dari kerajinan itu bisa dijual untuk menambah dana operasional sekolah.
Anak-anak juga dilibatkan dalam kegiatan kreatif ini. Mereka belajar melukis di atas anyaman bambu atau membuat mainan sederhana dari kayu. Hasil karya mereka sering dijual di pasar desa atau dipamerkan saat ada acara desa. Perlahan, dana yang terkumpul mulai menunjukkan hasil.
"Bu Raya, saya berhasil menjual tiga keranjang rotan hari ini," ujar Pak Jono, salah satu warga. Ia tersenyum lebar sambil menunjukkan uang hasil penjualan. "Ini buat sekolah, Bu."
Raya terharu. Melihat semangat warga yang begitu besar, ia merasa perjuangannya mendapat dukungan yang luar biasa.
Tahun-tahun berlalu, dan Desa Sukomulyo mulai berubah. Sekolah yang dulu rapuh kini menjadi pusat kegiatan desa. Perpustakaan kecil itu berkembang menjadi tempat belajar yang selalu ramai. Murid-murid Desa Sukomulyo kini tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari pengalaman hidup yang penuh semangat gotong royong.
Bagi Raya, perubahan ini adalah bukti bahwa pendidikan bukan hanya soal buku dan kelas. Pendidikan adalah tentang menumbuhkan harapan, membangun semangat, dan menciptakan peluang. Desa Sukomulyo telah mengajarkan hal itu kepadanya.