Mohon tunggu...
Wafri AdisAkmal
Wafri AdisAkmal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Hanya seorang manusia yang berusaha menjadi manusia itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hidup dalam Bayangan

4 Oktober 2024   19:46 Diperbarui: 4 Oktober 2024   21:02 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari yang selalu saja sama. Pergi ke sekolah, makan siang, pulang, mengerjakan pr, tidur, bersiap sekolah, begitu saja terus hingga ajal menjemput. Semenjak ayah dan ibu membuangku ke rumah nenek, hidup ini rasanya semakin hambar, dan Aku benar-benar mulai jenuh.

Sesampainya di sekolah, Aku berjalan menuju kelasku di lantai satu. Lagi-Lagi, kedatanganku hanya disambut oleh sapuan debu, dan hembusan angin. Meski begitu, kelasku pernah meraih berbagai prestasi di sekolah. Salah satunya, ialah juara 'kelas paling rusuh' seantero kota. Terdengar sangat hebat bukan? Seandainya teman-temanku di kelas bisa berbicara sepatah dua patah kata denganku, mungkin akan lebih baik lagi. Aku cukup puas dengan segala kondisi ini, mengingat di dunia ini tidak ada yang mau berteman dengan seorang bocah tanpa orang tua seperti diriku ini. Bukan bermaksud mengeluh, tetapi jujur saja Aku benar-benar sudah muak dengan semua omong kosong ini.

"Kriiiiiiing! " Bel istirahat berbunyi kencang. Ibu guru menapakkan kakinya di lantai-lantai kelas sembari menggenggam tangan seorang gadis, yang aku bahkan tidak pernah melihat orang sepertinya selama hidupku. Ia berdiri di depan papan tulis, sebelah kanan meja guru. "Selamat pagi, namaku Greys." Aku memandangnya dari kejauhan. Kulitnya putih, rambutnya krem, matanya coklat, dan mukanya sangat cerah. Saat ibu guru mulai menjelaskan satu persatu apa yang sebenarnya sedang terjadi, tubuhku kembali ke setelan pabrik. Indera mataku memudar (buram) dan pikiranku melayang kemana-mana. Aku tertidur tepat setelah bu guru mengucapkan kata 'teman'.

Aku terbangun saat jam istirahat telah tiba. Teman-Temanku memandangiku sambil mengernyitkan dahi mereka. "Sepertinya banyak tugas yang telah kulewatkan, tapi biarlah, nanti malam juga semuanya beres" pikirku. Tas kecil dalam ransel kuambil, kemudian bekal masakan nenekku Aku keluarkan. Tidak lupa, buku pelajaran yang ada di atas mejaku kubuka, dan kubaca. Tidak lama setelah itu, ada seorang anak yang berdiri tepat di belakang kursiku. Aku menoleh dan mendapati Greys yang ternyata dieja G-R-A-C-E melambaikan tangannya kepadaku. Aku merasa aneh. "Halo, siapa namamu? Aku sudah berkenalan dengan semua orang di kelas ini, dan sekarang giliranmu :D." Tanya Grace. Aku pun menjawab "Hei, berhati-hatilah, aku bukan orang yang bisa berteman dengan siapapun (karena semua orang membenciku)." Dia pun tertawa terbahak-bahak. Aku semakin merasa bingung. Apa yang sebenarnya dia tertawakan, mengapa dia mendatangiku, dan bagaimana dia bisa berbicara seperti itu kepadaku? "Kamu jangan kebanyakan nonton film deh, namaku Grace, dan Aku sekarang tinggal di kota ini sendirian," cakapnya. "Kamu aneh, pelajar seperti kita tidak mungkin bisa hidup sendirian" jawabku. "I-i-iya juga ya, haha" grace menjawab dengan murung dan pergi meninggalkanku.

Waktu berlalu seperti biasa, dengan suasana yang biasa juga. Aku mengangkat ranselku dan bersiap untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalananku, Grace menghadang, dan berkata "Hei kamu, ikutlah denganku sekarang!" Tak punya waktu menjawab, tanganku langsung dipegangnya, dan dibawalah aku menuju daerah taman di pusat kota. Entah apa yang kupikirkan hingga tidak berani menolak permintaan Grace. Kami berhenti dan menghampiri seorang bocah laki-laki yang seumuran dengan kami. "Loh ini dia yang kamu bilang siswa paling pintar di sekolahmu? Kelihatan biasa-biasa saja," ucap bocah itu. "Aku tidak tahu namanya, tetapi dia sepertinya cocok dengan kita, di kelas dia juga diam saja, mulai sekarang kita harus bikin geng!" Saut Grace. Aku yang keheranan hanya bisa terdiam dan mengikuti permainan mereka.

Bocah itu mengambil satu kerikil kecil lalu menggambar logo F besar di hamparan pasir taman. "Ini logo kita F, artinya _Friends_ ya!"  Lagak bocah itu. "Aku sukaa, lucu banget deh, sekarang kita fix temenan" taut Grace. "Kalian benar-benar aneh sekali, apa kalian tidak waras?" Ucapku Menggerutu.

"Hei, sekarang kamu perkenalkan dirimu dulu! Jangan bersikap kasar begitu dong!" Bantah Grace. Karena Aku benar-benar tidak memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi, Aku langsung saja mengenalkan diriku. "Setya namaku" ucapku lirih. "Behh, keren banget tuh nama, kenalin aku Anton," ucap bocah yang namanya Anton itu.

Tidak lama setelah itu, mereka mengajakku untuk berbincang mengenai beberapa hal. Sejauh ini, beberapa hal inilah yang Aku ketahui:

1. Mereka berdua baru saling mengenal selama sehari;
2. Anton juga tinggal bersama pamannya, dia tidak memiliki kedua orang tua sejak lahir;
3. Mereka ingin berteman denganku, karena aku sama dengan mereka (tidak punya orang tua).

Kami berbincang cukup lama di taman itu. Ternyata mereka adalah orang yang benar-benar baik, usil, dan aneh. Ternyata memiliki teman itu seru juga ya, aku kira teman hanya berguna di saat tertentu saja, padahal kalau bisa bermain seperti ini seru sekali. Semenjak hari itu, hari-hariku menghabiskan waktu di sekolah menjadi berwarna kembali. Aku sering berbincang bersama Grace. Pada saat pulang sekolah pun juga sama, kami berdua menghabiskan waktu yang super duper menyenangkan bersama Anton.Entah berapa hari aku telah menghabiskan waktuku hanya untuk menanti kedatangan mereka dan bermain bersama. Mungkin sudah 2 minggu? Aku tidak pandai menghitung waktu yang sudah terlewat.

Hari ini, Aku juga melakukan rutinitas yang sama seperti biasanya. Bangun, bersiap, berangkat sekolah, dan menunggu waktu bermain kami tiba. Setibanya diriku di pintu kelas, Aku segera menghampiri tempat duduk Grace dengan semangat. Namun, sebelum aku bisa menyentuh ujung mejanya, Ia pergi dengan tiba-tiba. Tatapannya sinis sekali. Aku kembali ke mejaku dan mulai berpikir "Dia kenapa sih? Apa aku ada buat salah? Perasaan kemarin semua baik-baik saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun