Aneh kedengarannya, tetapi suasana ini tetap tidak membuatku betah. Semua hening seketika. Grace mendatangi kami dengan kondisi muka lesu. "Kalian pulang saja sekarang, ini adalah Paman Bren, semuanya aman sekarang kalian tidak usah khawatir," kata Grace. Aku dan Anton saling berpandangan sebentar sebelum kami bertiga berpelukan. "Hei, besok kita main ya, Aku sudah sangat lelah hari ini," seru Anton. "Besok janji kita main lagi ya, Aku rindu dengan candaan kalian," balasku. Akhirnya Aku dan Anton berjalan pulang dan meninggalkan semua kegaduhan ini.
Aku bangun pagi ini lebih siang dari biasanya akibat kejadian kemarin malam. Nenekku memberikan aku suatu kabar. Setelah itu Aku menyalakan TV di ruang tamu. Kebetulan hari ini libur, jadi Aku menghabiskan seluruh waktuku di rumah sendirian.
Keesokan harinya, Aku mendatangi taman tempat kami biasanya berkumpul. Aku duduk sembari melihat mentari yang sebentar lagi tenggelam. Sebenarnya aku menunggu Anton, tetapi nenekku menyeru agar Aku tidak berlama-lama di taman. Omong - Omong aku hari ini mengenakan kemeja hitam yang megah. Oh, kalau perasaanku saat ini sedang hampa. Bukan karena dimusuhi oleh Anton dan Grace, tetapi karena hal lain. Minggu-Minggu ini membuatku tersadar akan suatu hal. Hidup itu indah dan ada waktunya. Contohnya, ketika Aku bertemu Grace dan Anton. Terkadang hidup juga sangat sulit dimengerti, tetapi Aku saat ini sungguh penasaran mengenai masa depanku. Kira-Kira apa yang akan terjadi? Aku masih ingin hidup dan melihat segalanya
Satu lagi! Aku lupa mengatakan sesuatu. Sebenarnya ini adalah detik-detik perjalananku menuju ke pemakaman teman baikku, Grace. Dia dibunuh oleh orang yang menyebut dirinya sebagai 'Paman Grace'. Hidup itu memang penuh kejutan ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H