Pola Asuh orang tua merupakah interaksi antara orang tua kepada anaknya dalam hal mendidik serta mengasuh anak agar anak memiliki dan berkemampuan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan. Menurut Petranto ( Suarsini, 2013) pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.Â
Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap orang tua. Terdapat empat jenis pola asuh orang tua yaitu: otoriter, demokratis, permisif, serta cuek. Pola asuh orang tua yaitu perilaku dan sikap orang tua, serta memiliki efek yang langsung terhadap perkembangan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Meliputi keluarga atau lingkungan terdekat dan menyentuk setiap kehidupan anak seperti di sekolah, tempat bermain, dan sebagainya ( Fielder 2008).Â
Orang tua yang merupakan guru pertama bagi anak-anaknya yang memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya dengan memberikan bimbingan, perhatian, dan pengajaran kepada anak-anak mereka untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang secara positif, baik secara emosional, sosial, maupun intelektual. Mendidik anak juga perlu melibatkan nilai-nilai, norma, dan pendekatan yang memungkinkan anak untuk memahami dunia, mengembangkan keterampilan, dan membentuk karakter yang baik. Analisis pola asuh orang tua serta dampaknya terhadap perilaku dan perkembangan anak saat ini telah menjadi isu penting dalam pendidikan dan perkembangan anak. Optimalisasi perkembangan anak dalam kehidupan bermasyarakat itu akan bergantung bagaimana dengan orang-orang di sekitar lingkungan mereka berada, lebih-lebih orang tuannya. Hal itu akan menentukan kepribadian anak untuk kehidupannya di masa mendatang. Peranan aktif dari orang tua dan lingkungan merupakan usaha yang tepat dalam mengembangkan potensi anak secara optimal.Â
Dampak pola asuh terhadap perilaku dan perkembangan anak antara lain: (1) perilaku sosial, anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik dan disiplin dapat mengembangkan perilaku sosial yang positif, seperti berkomunikasi dengan orang lain dan menghormati aturan, (2) perkembangan emosional, pola asuh yang baik juga mempengaruhi perkembangan emosional anak. Anak yang tinggal dalam lingkungan yang mendukung dan mengerti emosional dapat lebih baik menghadapi tantangan dan mengembangkan kesadaran diri, (3) kemampuan membelajar, anak yang memiliki dukungan baik dari orang tua dan lingkungan pendidikan dapat lebih efektif dalam membelajar dan mengembangkan keterampilan baru, (4) kesehatan mental, pola asuh yang baik juga berkontribusi pada kesehatan mental anak. Anak yang tinggal dalam lingkungan yang positif dan disiplin dapat lebih baik menghadapi stress dan gangguan mental, (5) penyesuaian diri, anak memiliki dukungan asuh yang baik dapat lebih lancar menyesuaikan diri dengan situasi dan mengembangkan perilaku yang sesuai dengan kriteria sosial. Serta perlu diingat bahwa pola asuh yang baik bukanlah satu-satunya kunci dalam perkembangan anak. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk membantu anak mengembangkan pola asuh yang positif dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan anak. Dalam pola asuh terdapat empat jenis pola asuh orang tua yaitu: otoriter, demokratis, dan permisif dan cuek.
1. Pola asuh Authoritarian (otoriter) adalah salah satu pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anak. Meskipun berbeda dari pola asuh yang baik, pola asuh otoriter masih banyak diterapkan oleh orang tua karena tujuan utama yaitu mendidik dan mendisiplinkan anak. Namun pola asuh otoriter memiliki dampak negatif pada perilaku dan perkembangan anak, seperti: (1) Tingkat percaya diri rendah, anak yang mengalami pola asuh otoriter seringkali mengalami rasa takut dan kekhawatiran diri, (2) kesulitan dalam situasi sosial, anak yang mengalami pola asuh otoriter cenderung kesulitan dalam interaksi sosial dan menyesuaikan diri dengan situasi, (3) kurangnya kemampuan sosial, pola asuh otoriter mempengaruhi kemampuan sosial anak, (4) keterlambatan perkembangan sosial, dapat memperngaruhi perkembangan emosi anak, sehingga mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi, (5) tingkat depresi yang tinggi pada anak, (6) kekurangan keterampilan komunikasi, (9) kekurangan inisiatif dan memiliki sikap kurang percaya diri. Dari dampak pola asuh otoriter terhadap anak, penting bagi orang tua untuk mengembangakan pola asuh yang positif dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan anak.
2.Pola asuh Authoritative (demokratis) merupakan pola asuh yang paling ideal, karena adanya keseimbangan permintaan orang tua dibarengi dengan tingginya respon yang diberikan orang tua terhadap anak. Pola asuh demokratis dapat mengarahkan anak secara rasional dan anak anak diberi batasan dan konsekuensi yang konsisten ketika anak melanggar batasan tersebut. Selain itu orang tua memberikan pujian, hadiah, serta dukungan emosional saat anak mencapai prestasi, dalam pola asuh ini komunikasi antara orang tua dengan anak terjalin dengan baik sehingga anak menjadi jujur, patuh, dan disiplin. Pola asuh demokratis menjadikan anak memiliki kepribadian yang seimbang, mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa percaya diri, kreatif, dan bahagia secara psikologis.
3.Pola asuh Indulgent (permisif) merupakan pola asuh kebalikan dari pola asuh otoriter. Dalam pola asuh ini orang tua cenderung untuk mengikuti semua keinginan  anak atau memanjakan anak. Ciri pola asuh permisif yakni orang tua selalu mendorong anaknya untuk berbuat apa pun yang didinginkan, jarang mengatur jadwal anak, mendukung perilaku anak walaupun negatif, serta tidak memberi hukuman ketika anaknya salah. Anak dengan pola asuh permisif akan tumbuh dengan kreatif karena terbiasa bebas mengekspresikan dirinya, dan dalam jangka waktu panjang anak menjadi tidak disiplin, berperilaku agresif terutama ketika keinginannya tidak dipenuhi, dan kurang inisiatif.
4.Pola asuh neglectful (cuek) merupakan pola asuh yang minim keterlibatan orang tua. Orang tua cenderung membiarkan anak tumbuh kembang dengan sendirinya. Pada pola asuh ini orang tua hanya mencukupi kebutuhan fisik anak saja seperti makan dan pakaian, namun kebutuhan psikologi dan emosional jarang dipenuhi. Pola asuh cuek anak lebih banyak dididik dengan smartphone, televisi dan game. Anak dengan pola asuh cuek cenderung tidak mampu mengontrol diri, kepercayaan diri rendah, tidak bisa mengontrol emosi hingga dapat berdampak pada nilai akademik yang buruk.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Pola Asuh orang tua, yaitu berkaitan dengan karakteristik orang tua yang berupa: (1) kepribadian orang tua, karena setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, serta sikap dan kematangannya sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anaknya, (2) keyakinan keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pola asuh akan mempengaruhi tingkah laku dalam mengasuh anak-anaknya, (3) persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua, bila orang tua mereka dahulu telah berhasil mendidik anaknya dengan baik, maka mereka akan melakukan pola asuh terhadap anaknya sesuai dengan yang dilakukan oleh orang tuanya dahulu. Teknik pola asuh biasanya dipengaruhi oleh: usia orang tua (orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis), pendidikan orang tua (orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi dan telah mendapatkan pendidikan cara-cara mengasuh anak dengan baik, maka akan dipraktikan juga kepada anaknya), jenis kelamin anak (biasanya orang tua akan beda antara mendidik anak perempuan dan laki-laki, anak laki-laki di didik lebih keras dibanding anak perempuan), status sosial ekonomi ( orang tua dengan status ekonomi menengah dan rendah cenderung lebih keras dalam mendidik anaknya).Â
Pola asuh meupakan hal yang fundamental dalam pembentukan karakter. Teladan serta sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak melakukan contoh dan perilaku dari lingkungan terdekatnya. Diperlukan keterbukaan antara orang tua dan anak sehingga dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif yang ada di lingkungan terdekatnya yaitu keluarga, serta orang tua perlu membantu anak agar mampu mendisiplinkan diri.Â
Dampak pola asuh orang tua  terhadap perilaku anak juga berpengaruh pada perkembangan sosial emosional anak. Pola asuh demokratis, yang melibatkan komunikasi, pemberian kesan, dan penghargaan pada anak, akan memberikan dampak posistif pada perkembangan sosial emosional anak. Namun, pola asuh permisif dan otoriter dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap perkembangan sosial emosional anak, seperti ketidakpastian, kesulitan mengatur perilaku, dan beberapa masalah kesehatan mental.Â
Hambatan yang dapat terjadi pada perkembangan anak akibat pola asuh, meliputi:Â
(1) kesulitan dalam mengembangkan akhlak, pola asuh yang tidak seimbang atau salah dapat menyebabkan anak untuk mengalami kesulitan dalam mengembangkan akhlak yang baik, pada pola asuh otoriter dapat menyebabkan anak menjadi keras kepala, tidak disiplin, cenderung ragu, mudah gugup, merasakan ketakutan, cemas, dan merasa minder jika dibandingkan dengan orang lain,Â
(2) kekurangan kemampuan komunikasi, pola asuh yang tidak seimbang atau salah dapat menyebabkan kemampuan komunikasi anak yang rendah. Orang tua perlu memilih pola asuh yang baik sebab pola asuh yang baik  menjadi kunci dalam perilaku dan perkembangan anak.Â
Orang tua perlu menjadi contoh yang baik dalam perilaku dan sikap, karena anak cenderung meniru perilaku orang tua. Orang tua zaman sekarang seringkali melakukan kesalahan dalam pola asuh terhadap anak, sehingga dapat mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan antara lain seperti memberikan terlalu banyak pilihan, tidak mempertimbangkan perkembangan anak secara menyeluruh, dan memberikan hukuman fisik atau psikologis yang berlebihan. Kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua juga menjadi faktor permasalahannya. Pola asuh yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah kesehatan, akademis, dan perilaku pada anak, serta membuat anak kurang bersyukur dan menghargai sesuatu. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan pola asuh yang baik dan sesuai dengan perkembangan anak. Pola asuh otoritatif dianggap sebagai pola asuh yang baik, karena bersifat demokratis dan memberikan dampak positif bagi perilaku anak, selain itu pola asuh demokratis juga dianggap sebagai pilihan baik dalam membentuk perilaku positif anak.Â
Untuk mengatasi pola asuh yang tidak tepat, langkah yang dapat dilakukan yaitu: (1) berkomunikasi dengan baik, berbicara dengan transparan dan jelas tentang perbedaan dalam pola asuh dengan orang tua, dan mendengarkan pendapat mereka secara menyeluruh, (2) banyak menghabiskan waktu dengan anak, dengan melakukan aktivitas yang sesuai dan mendukung perkembangan anak secara menyeluruh, (3) hindari anak dari trauma fisik dan psikis, marah kepada anak atas kesalahan yang mereka lakukan , dapat mempengaruhi perkembangan anak. Pola asuh yang baik, seperti otoritatif, kasih sayang, dan pendampingan, dapat menciptkan suasana kondusif, dan dampak positif bagi anak. Pola asuh merupakan keseluruhan interaksi antar orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud untuk membimbing, menjaga anaknya agar anak-anaknya dapat berkembang secara sehat dan baik, peran orang tua sangat diperlukan untuk memilih pola asuh yang tepat untuk anak, karena pola asuh sendiri bisa dalam bentuk fisik maupun psikis dan akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H