Meskipun metode ini tidak menghilangkan perselisihan teologis, mereka melampaui perselisihan teologis. Hasil penelitian para sarjana Arab di universitas-universitas ini adalah sarjana Eropa ekstensif dan serius pertama sejak Cluny Corpus pada abad ke-12 (Baidhawy, 2011: 42). Akibat dari perkembangan ini ialah perubahan cara pandang tentang kehidupan dan misi Nabi Muhammad.Â
Pada akhir abad ke-18, beberapa sarjana menganggap Muhammad sebagai misionaris yang lebih natural dan rasional daripada Kristen. Dan yang lainnya masih melihat Muhammad sebagai ekstremis seksual dan politik. Oleh karena itu ketertarikan untuk mempelajari kehidupan Muhammad dan aspek lain dari sejarah Islam menarik perhatian para ahli.
Dapat disimpulkan dengan teksnya bahwa Carlyle sangat mengagumi Muhammad. Seperti yang dikatakan Carlyle Nabi Muhammad memang mempunyai Pandangan yang kokoh, pemikiran-pemikiran yang lurus, kecerdasan, kecermatan, dan pengetahuannya akan kemaslahatan umum, merupakan bukti-bukti nyata kepandaiannya.Â
Kebutahurufannya justru memberikan nilai positif yang sangat mengagumkan. Ia tidak pernah menukil pandangan orang lain, dan ia tak pernah memperoleh setetes pun informasi dari selainnya. Allah-lah yang telah mencurahkan pengetahuan dan hikmah kepada manusia agung ini. Sejak hari-hari pertamanya, ia sudah dikenal sebagai seorang pemuda yang cerdas, terpercaya dan jujur. Tak akan keluar dari mulutnya suatu ucapan kecuali memberikan manfaat dan hikmah yang amat luas.
Referensi
Baidhawy, Z. (2011). Islamic Studies Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi.
Carlyle, T. (2001). On Heroes, Hero Worship and the Heroic in History. London: The Electric Book Company.
Wallek Rene, A. W. (1989). Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H