Mohon tunggu...
Wadiyah Nur
Wadiyah Nur Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Wadiyah Nur Pardede. Seorang mahasiswi jurusan pendidikan bahasa arab. Memiliki ketertarikan di bidang kepenulisan. Sangat berharap bisa menjadi penulis yang menginsipirasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Permainan Takdir

19 Mei 2023   19:00 Diperbarui: 19 Mei 2023   18:55 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Halo, selamat siang pemirsa setia Tribers FM. Kembali lagi dengan saya, Si Gadis Senja, yang akan menemani siang kalian sampai dengan pukul 16.00. So, stay tune on Tribers FM, ya. Saya akan membawakan siaran-siaran menarik, yang siap menghibur kalian para jomblo akut, juga para korban PHP atau apapun sebutannya. Semoga bisa diambil manfaatnya untuk semua."

Suara gadis penyiar radio, terdengar nyaring di seluruh sudut mobil yang sedang dikendarai pria itu. Entah mengapa, dia tiba-tiba berkeinginan untuk mendengarkan radio dari head unit mobilnya. Dan ternyata keinginannya itu beralasan. Semesta seolah memberi tanda untuknya, lewat siaran radio itu.

"Baik, sebelum saya membuka acara curcol dan request lagu, saya akan memutar satu buah lagu untuk kalian semua. Semoga suka dan selamat mendengarkan."

Lagu amin paling serius terdengar syahdu kala itu. Pria yang bernama Revaldy Arsya, menghentikan mobilnya tiba-tiba ketika mendengar lagu dari head unit mobilnya. Lagu yang memberi kenangan yang sangat berarti untuknya. Dan sekarang, lagu itu terputar jelas tanpa sengaja.

Benar, ada yang tidak beres di sini. Sejak awal, dia sudah curiga dengan gadis penyiar, yang tidak ingin menyebutkan namanya itu. Dia yakin, bahwa gadis penyiar radio itu adalah orang yang dia cari selama ini. Dia, Si Gadis Senja.

"Baik, saya membuka forum untuk para jomblo di luar sana, yang kayaknya udah gak sabar buat ngungkapin isi hatinya."

Pria itu dengan sigap menghubungi pihak Tribers FM. Ada yang ingin ia luruskan di sini.

"Hai, Kak Senja. Saya mau cerita mengenai seseorang yang sengaja pergi dari hidup saya. Dia tega meninggalkan saya tanpa kepastian. Membiarkan saya hidup bersama dengan bayang-bayang tentangnya. Membuat saya terus bertanya-tanya perihal dirinya. Masihkah dia tetap seperti yang aku kenal, atau sudah berubah?" Pria itu terdiam sejenak, sedang Si Gadis Senja terpaku membisu di balik layar.

"Saya mencarinya ke segala penjuru. Mencoba menemukan jejak yang dapat menghubungkan saya dengannya. Namun, hingga detik ini saya belum ditakdirkan untuk bertemu dengan sosok menenangkan itu. Di sini, saya hanya ingin menyampaikan harapan. Jika memang dia mendengar suara saya saat ini, saya berharap dia mau bertemu dengan saya. Hanya untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja tanpa saya. Karena ketahuilah, saya tidak baik-baik saja tanpa dia. Dia, Putri Gantari Jingga."

Deg...

Selesai sudah semua teka-teki yang sedari tadi bersarang di benak gadis itu. Dari awal dia sudah mengira bahwa dialah objek yang sedang dibicarakan saat ini. Dia sangat mengenali suara bariton itu. Suara yang sering menyapanya dahulu, sebelum dia memutuskan untuk menghilang karena suatu alasan.

Dialah Putri Gantari Jingga.


"Baik, saya ingin request lagu yang tadi diputar. Saya ingin mendengarnya kembali. Karena lagu itu, memiliki arti tersendiri buat saya dan dia."

Sukses.

Pria itu lalu mematikan sambungan dan bergegas menuju tempat penyiaran radio tersebut. Dia mengetahui tempat itu. Bahkan, dulu dia sering pergi bersama Putri ke sana. Dia tidak menyangka, gadis itu telah menjadi penyiar radio sekarang. Persis dengan mimpinya dahulu.

"Wah, Sa...sangat me...menarik kisahnya, ya. Semoga kamu bisa bertemu dengan orang yang kamu cari. Ba...baik. Saya akan memutar lagunya sekali lagi," ucapnya gugup. Dia tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini.

Dia yang sudah tidak tahan untuk menahan isak tangis, mencoba untuk berlari menuju toilet. Namun, langkahnya terhenti sebelum sampai ke toilet. Security memanggilnya.

"Dis, ada yang nyariin," ucap security.

Semua orang memang mengenalinya sebagai Gadis Senja. Tidak ada yang tahu perihal nama aslinya, karena dia menyembunyikan identitas dirinya rapat-rapat.

"Siapa, Pak?" tanyanya.

"Aduh, saya kurang tahu. Coba cek saja dulu. Mungkin saja penting."

Dia lalu melangkahkan kakinya menuju luar kantor. Seseorang yang sedang membelakanginya itu, sukses membuat langkahnya terhenti.

"Kamu..."

"Hai, Gantari. Sudah lama sekali kita tidak berjumpa. Semenjak kamu menghancurkanku sehancur-hancurnya. Tidak berniatkah kamu memberikan sedikit saja penjelasan untukku? Mungkin saja, pikiran buruk yang sejak dulu bersarang di benakku dapat terhapus ketika kamu menjelaskan perihal kejadian itu?"

Kali ini, gadis itu tidak dapat menahan tangisnya lagi. Dia benar-benar terguncang. Dan saat itulah Reval tahu, bahwa gadis itu tidak baik-baik saja.

"Mungkin memang sudah seharusnya kamu tahu. Karena kebohongan, tidak akan pernah menggembirakan. Aku akan..."

"Gadis, acaranya."

Suara seseorang menghentikan penjelasan yang akan gadis itu uraikan. Dia melupakan tugasnya.

"Astagfirullah. May, tolong kamu yang gantiin aku, ya. Aku ada urusan, penting banget," pintanya. Dan May hanya bisa menurutinya saja.

"Sepertinya akan lebih baik kalau kita berbicara di cafe sana." Gantari lalu menarik tangan Reval menuju tempat tongkrongan mereka biasanya.

Sesampainya di sana, Putri berniat untuk menjelaskan secara langsung alasan mengapa ia pergi tepat di hari pernikahan mereka.

"Awalnya, aku mau minta maaf sama kamu. Mungkin kamu gak bakalan percaya sama cerita aku. Tapi, itu terserah kamu. Karena inilah faktanya." Putri mengawali ceritanya dan Reval mencoba mendengarkan dan menerima semua pernyataan Putri.

"Hari itu aku sangat bahagia. Sungguh. Karena aku akan menikah dengan orang yang aku kagumi sedari lama. Aku bahkan menunggu hari ini dari jauh-jauh hari. Aku sangat tidak sabar." Gantari memberi jeda.

"Namun ternyata, takdir berkata lain. Semesta seolah mempermainkanku. Mamamu mengirimkan SMS berisi ancaman, kalau dia akan mencelakakan orang tuaku, jika aku nekat melanjutkan pernikahan kita. Kamu pasti tahu kalau mamamu tidak pernah merestui hubungan kita."

"Awalnya aku mengabaikan pesannya. Namun, batinku seolah memberontak. Aku tahu, kamu pasti akan melindungiku jika Mamamu mencoba mencelakakanku, tapi bagaimana dengan orang tuaku? Aku juga selalu bermimpi mempunyai mertua yang baik dan sangat perhatian. Dan itu tidak akan aku temui pada Mamamu. Itulah mengapa, aku memutuskan pergi di hari itu. Maafkan aku."

Cerita ditutup dengan permintaan maaf penuh penyesalan. Reval yang mendengar cerita tersebut hanya bisa memasang tampang tidak percaya.

"Jadi, Mama?" tanyanya sangsi.

"Iya."

"Mama udah meninggal."

Deg.

"Kamu serius?"

"Iya. Untuk apa aku berbohong? Mama meninggal satu bulan yang lalu."

"Innalillahi"

"Jadi mama alasan kamu untuk menolakku?"

"Aku tidak pernah menolakmu." Gantari membantah perkataan Reval.

"Maksudnya, karena Mama kamu memutuskanku?"

"Kira-kira begitu."

"Sekarang Mama udah gak ada. Jadi, gak ada alasan lagi buat kamu lari dari aku. Besok aku datang ke rumah kamu. Dilarang membantah!"

"Kamu itu gak berubah sama sekali. Selalu seenaknya."

"Aku gak peduli. Besok dandan yang cantik. Aku pamit dulu. Ternyata penantianku gak sia-sia. Sampai jumpa besok." Kemudian berlalu.

Retina Gantari mengikuti langkah Reval. Ternyata, Reval masih menjadi yang terindah untuk Gantari. Tak peduli, selama apa mereka dipisahkan oleh takdir. Karena nyatanya, rasa mereka tetaplah sama. Yang berbeda hanyalah kadar rasanya yang semakin bertambah dan mekar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun