Perempuan itu tersenyum samar, lalu menjentikkan jari. "Kau harus memilih, sebelum terlambat."
Di hadapan Rian, muncul pintu kayu tua yang tampak rapuh. Ia meraih gagangnya dan membukanya tanpa berpikir panjang. Dalam sekejap, ia tersedot kembali ke dunia nyata, berdiri kembali di jalanan tepat di tengah lorong pasar. Wajahnya masih basah berkat kubangan di sebelah kanannya. Pelipis Rian juga nampak mengeluarkan darah dari luka robek kecil di dahi sebelah kiri.
"Sirkus Makhluk modern sialan!" umpat Rian yang tak sadar kalau dirinya sendiri adalah bagian dari sistem modern itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H