Dengan wajah pucat, Sarjono menatap kami kesal. Ucupun segera mengangsurkan segelas air hangat. Kembali sunyi mengelilingi kami. Suara burung hantu, jangkrik, dan kodok menjadi sound track menemani Sarjono yang terus meludah.
astagaaa dragonn! aku tidak kesurupan," ujar Sarjono sembari menatap galak ke arahku dan Ucup.
"Ternyata yang jatuh tadi bukan kedelai. Melainkan tahi tokek . Koplak memang. Kok tadi ndak tak lihat dahulu. Sumpah Rasanya masih kental  di mulutku," jelas sarjono.
Mendengar penuturan Sarjono, sontak aku dan Ucup terpingkal-pingkal. Tak menyangka sebegitu konyol  santri ajaib ini. Memang pantas, kalau iantara kami ia yang sering menjadi bahan gojlokan karena ulah-ulah ajaibnya.
"hiyo,hiyo,hiyo. Kalau kurang tak masakin lagi nasinya kang. Enggak usah  makan tahi tokek segala!" sahut Ucup.
"Cinta ya cinta, Jhon. Tetapi gak semua barang terus di embat!" timpalku sambil berusaha meredakan tawa.
"Eng, Â sialan! Â Aku ya tidak tahu. Kan biasanya itu ya aman-aman saja. Paling nasi atau remahan lauk. Tetapi tadi langsung saja tak sikat. Ehh, rasane pahit-pahit gimana begitu" sungut Sarjono. Justru, aku dan Ucup kembali ngakak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H