Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadiah Bidadari yang Berujung Teragedi

7 Oktober 2024   08:00 Diperbarui: 7 Oktober 2024   08:01 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Deraian tawaku dan Ucup belum usai. Melihat Sarjono yang masam wajahnya, membuat rasa geli di perut semakin tak karuan. Sunyi dan dinginya malam tak lagi terasa. Bahkan, akibat ulah kami, ayam yang biasa berkokok di atas genting gapura hanya terdiam. Mungkin ia membatin "Dasar monyet gila".

"takkan kubiarkan sedikitpun racikan surga ini jatuh," kembali Sarjono mulai berceloteh.

Memang kebiasaan santri. Ketika makan dan ada remah yang jatuh, bila tidak kotor, dengan segera iambil, untuk dimakan lagi. Aku dan Ucup tak menghiraukan celotehanya. Hanya sesekali menimpali untuk menggojloknya.

"Weleeh! Ini biasa saja Jhon.  Tempe benguk ya tetap seperti ini di mana pun" sambar ucup.

"Wis kalau tidak tahu mendign diem ngapa. Ganggu suasana!"  Tandas Sarjono. Ucup pun hanya nyengir mendengar gerutuan itu.

Tempe benguk terbuat dari kedelai yang besar-besar. Saat dimasak olahan baceman, maka permukaan kedelai akan menghitam. Tak selang lama, tiba-tiba Sarjono merasa ada yang jatuh disarungnya. Tanpa melihatnya, cuek saja ia masukan kembali barang itu kemulut.

"Piyuh, piyuh, piyuhh. . Hakkkhhhhhh!" teriak Sarjono sambil merogoh mulutnya.

"Astaghfirullah, minggat ora kamu! Hayoooo, segera keluar. Tak bakar kamu nanti," ujar Ucup sambil memegang kepala sarjono.

"Hekhhhh, klukklukklukkluk. wekh,wekh,wekh!" kembali Sarjono berulah dengan melompat-lompat sambil membungkukan badan.

Aku dan Ucup bingung dibuatnya. Segera, kubaca ayat kursi. Ucupun kembali memegang umbun-umbun Sarjono. Kembali ia berteriak sama persis dengan sebelumnya. Tak lama, jono memuntahkan isi perutnya. Setelah lega, ia duduk menjeplak begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun