Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Drama Pertalite: Antara pembatasan Akses dan Waktunya Memikirkan Kendaraan Listrik

6 Oktober 2024   16:17 Diperbarui: 6 Oktober 2024   16:28 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

 

Akhir-akhir ini, banyak orang mulai waswas soal harga BBM, terutama Pertalite. Isu pembatasan Pertalite mulai bergulir dengan lebih serius. Bayangkan, Pertalite yang selama ini jadi "bensin sejuta umat," makin ke sini bakal terasa lebih susah diakses, lebih mahal, dan bakal lebih ribet diisi gara-gara peraturan yang terus berubah bagai lampu bangjo.

Belum lagi, saat saya berkunjung di pertamina daerah tempat saya tinggal, sudah ada wacana pelarangan beberapa merek motor/mobil yang dilarang mengisi BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Biosolar. Utamanya, motor yang CC nya lebih dari 250 dan Mobil yang di atas 1400 CC.

BBM Bersubsidi Makin Memusingkan

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, akhirnya buka suara soal isu pembatasan pembelian Pertalite dan Solar yang lagi santer dibicarakan. Katanya, rencana ini bakal resmi diterapkan mulai 1 Oktober 2024. Tapi tenang, sebelum aturan ini bener-bener berlaku, pemerintah masih sibuk nggodok kriteria siapa aja yang berhak beli BBM subsidi ini.

Bahlil juga memastikan, sebelum peraturan diterapkan, bakal ada sosialisasi dulu biar masyarakat nggak kaget. "Iya, memang ada rencana begitu. Tapi tenang, sebelum diterapkan, kita kasih waktu buat sosialisasi dulu," jelas Bahlil.

Selama menunggu keputusan itu, antrian, stok yang sulit ditebak, dan kerunyaman lainnya saat mengisi BBM bersubsidi, akan terus menghantui. Entahlah, Birokrasi sedang memikirkan apa. Katanya Efesiensi, agar tepat sasaran, dan sejenisnya. Nyatanya, orang-orang kecil, di desa-desa makin kemut-kemut berkat simpang siur peraturan yang nggateli ini.

Ditambah lagi, inflasi dan lonjakan harga minyak dunia bikin pemerintah kian pusing. Mereka harus mengurangi beban subsidi BBM yang makin membengkak. Pada 2023 saja, subsidi energi tembus lebih dari Rp500 triliun. Hasilnya? Pertalite akan makin mahal, atau paling tidak makin dibatasi aksesnya. Jadi, siap-siap aja kalau harga Pertalite nggak lagi bisa diandalkan buat ngirit.

Nah, dengan segala drama Pertalite ini, kenapa kita nggak mulai melirik kendaraan listrik aja?

Kendaraan Listrik Bisa Jadi Pertimbangan Rasional

Di tengah drama Pertalite ini, ada satu solusi yang mulai naik daun: kendaraan listrik. Memang, motor dan mobil listrik masih dianggap barang mewah, tapi pemerintah sudah mempersiapkan berbagai insentif agar kendaraan ramah lingkungan ini lebih mudah dijangkau.

Pabrikan otomotif besar sudah banyak yang turun tangan memasukkan kendaraan listrik ke Indonesia. Sebut saja Hyundai dengan "Ioniq 5" yang mulai mengaspal dan jadi perbincangan hangat di kalangan pecinta mobil. Selain Hyundai, ada Wuling yang menghadirkan "Air EV", mobil listrik mungil dengan harga lebih "bersahabat" dibandingkan kompetitornya. Terus ada DFSK Mini EV, MG4 EV, Chery Omoda, dan sebagainya.

Buat motor listrik, Gesits dan Viar juga nggak mau kalah, merilis berbagai varian motor listrik yang pas buat masyarakat urban. Terus ada juga Volta, Niu N1S, dan sebagainya. Mereka ini nggak cuma sekadar coba-coba, tapi benar-benar serius membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Para Ahli Bilang Apa?

Banyak pengamat otomotif di Indonesia yang setuju kalau kendaraan listrik itu solusi yang masuk akal buat menghadapi krisis BBM subsidi ini. Salah satunya adalah Fitra Eri, seorang jurnalis dan reviewer otomotif yang sering muncul di YouTube. Dalam salah satu videonya, Fitra bilang, "Kendaraan listrik jelas hemat biaya operasional, apalagi di tengah harga BBM yang makin nggak stabil." Menurutnya, kendaraan listrik nggak perlu banyak perawatan, dan pastinya nggak harus antre di pom bensin setiap minggu.

Ridwan Hanif, influencer otomotif lainnya, juga setuju dengan pendapat Fitra. Menurut Ridwan, salah satu keuntungan terbesar kendaraan listrik adalah efisiensi biaya. "Kalau pakai mobil listrik, biaya per kilometernya jauh lebih murah dibanding mobil bensin, bahkan setelah dihitung dengan biaya pengisian daya listrik di rumah," kata Ridwan. Tapi, ia juga menyoroti bahwa ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) masih jadi tantangan besar. "Infrastruktur kita belum sepenuhnya siap, tapi kalau cuma untuk pemakaian harian di dalam kota, kendaraan listrik sudah cukup ideal," tambahnya.

Perhitungan Biaya: Beneran Hemat?

Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling menarik---perbandingan biaya operasional antara kendaraan listrik dan kendaraan bermesin bensin. Benarkah lebih masuk akal?

Mobil Bensin

Mari kita hitung pengeluaran buat mobil bensin dengan asumsi konsumsi BBM-nya 1:12 alias 1 liter bensin buat 12 km perjalanan. Jenis BBM yang dipakai Pertalite (RON 90) dengan harga Rp10.000 per liter. Jarak tempuh harian dipatok 50 km, dan mobil dipakai 20 hari sebulan. Kalau dihitung pakai EV Calculator, setiap hari si mobil butuh bensin senilai Rp41.667. Dalam sebulan, itu artinya kita harus keluarkan Rp833.340 buat bensin doang.

Lalu gimana kalau setahun? Ya siap-siap aja, pengeluaran bensin bakal tembus Rp10.000.080. Itu belum termasuk biaya-biaya lain, lho. Perpanjangan STNK misalnya, anggap aja Rp3 juta setahun. Belum lagi biaya servis rutin yang disimulasikan juga bakal habis Rp3 juta. Kalau ditotal, semua pengeluaran buat si mobil bensin ini dalam setahun bakal mencapai Rp16.000.080. Wow!

Mobil Listrik

Sekarang bandingin sama mobil listrik. Misalnya kita ambil Wuling Air EV Long Range, yang butuh daya listrik 26,7 kWh per 100 km. Dengan daya listrik rumah 2.200 VA dan harga listrik Rp1.445 per kWh, mobil ini buat jarak 50 km sehari cuma makan biaya listrik Rp6.430. Kalau dipakai 20 hari sebulan, biaya listriknya jadi Rp128.600 per bulan.

Dalam setahun, pengeluaran buat listrik mobil ini cuma Rp1.543.200. Beda jauh, kan, dibanding mobil bensin? Mobil listrik jelas lebih ramah di kantong buat urusan operasional sehari-hari!

Oh, jangan lupa, biaya STNK untuk mobil listrik itu jauh lebih ramah di kantong! Misalnya, untuk Wuling Air EV, biaya STNK dalam setahun cuma Rp 813.000---itu setara dengan harga satu tiket nonton bioskop untuk sekeluarga! Ditambah lagi, biaya servis per tahunnya hanya Rp 872.904. Jadi, kalau kita hitung semua, total biaya kepemilikan dalam setahun hanya Rp 3.229.104.

Memang BBM terus mengalami perjalanan yang kian memusingkan. Tapi hadirnya teknologi listrik pada kendaraan yang bisa dikendarai, setidaknya bisa mengurai kepusingan soal biaya yang harus kita tanggung. Efesien, ramah lingkungan, dan ramah dompet menjadi daya tarik kuat. Bagaimana? Tertarik mencoba?

Referensi

Fitra Eri. (2021). Pertama kalinya servis mobil listrik. YouTube. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=TmbWkfY6o5A

Otomotif Bisnis. (2024). Mobil dan Sepeda Motor Ini Dilarang Isi Pertalite Mulai 1 Oktober. Diakses dari: https://otomotif.bisnis.com/read/20240830/46/1795536

DetikOto. (2024). Hitung-hitungan Pakai Mobil Listrik vs Mobil Bensin: Buat Harian Bisa Hemat Berapa?. Diakses dari: https://oto.detik.com/mobil-listrik/d-7039925

Ridwan Hanif. (2022). Touring Klaten - Jakarta Naik Ioniq 5. YouTube. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=64kgol_4Tuc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun