Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Kartini Keluargaku

22 April 2024   17:13 Diperbarui: 25 April 2024   12:40 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oke, tunggu sebentar bu," Sahut Ara sambil berlari kecil menuju kamar mandi.

Sepulang salat jama'ah, mereka bertiga bersiap untuk makan malam. Alya sudah duduk di kursi kebesarannya. Cekatan Ara membantu ibu menata hidangan. Kepul uap masakan ibu sontak menusuk-nusuk hidung. Terlihat cuping hidung Lia yang bergerak-gerak pertanda ia sudah tidak sabar menanti.

"Wah, semua makanannya kesukaanku dan Kak Ara. Ada ayam kecap, sayur sop, sambal tempe, dan terong," Seru Alya sambil tersenyum.

"Iya, ibu sengaja memasak kesukaan kalian. Ayo cepat makan, jangan lupa berdo'a," ujar ibu.

Suasana makan malam itu semakin terasa hangat. Ibu dengan bijaksana memberikan nasihat-nasihat pada Ara dan Alya. Mereka harus saling membantu, mendukung, dan jangan bertengkar bila sudah besar nanti. Ara harus selalu membimbing adiknya bila ibu sedang tidak di rumah. Yang dinasihati pun nampak manggut-manggut .

Selesai makan, Ibu Lili melakukan ritual wajib yang sangat ia gemari. Dengan terampil ia mengambil buku diary yang selalu tersimpan di rak kamarnya. Di situlah ia menuangkan berbagai keluh-kesah yang membebaninya. Menulis baginya adalah membuang hal-hal negatif yang bisa membuatnya  stres.

"Ibu kok belum tidur?" tanya Ara kepada ibunya yang tengah sibuk menulis di kursi ruang tamu.

"Ehh! Bikin ibu kaget saja. Ini masih menulis, sebentar lagi ibu tidur."

Ara merasa heran dengan tingkah ibunya. Biasanya beliau hanya akan menulis sampai jam 21.00 WIB. Namun, hingga jam 23.00 WIB , ibunya itu masih menekuri lembaran putih di meja.

 "Ibu cuma keasikan aja menulis sampai lupa waktu. Kamu kenapa belum tidur?" ujar ibu menjawab tatapan heran Ara.

"Ara habis buang air kecil, bu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun