Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisata Ziarah dan Alun-Alun Demak Masih Asik: tetapi Ada Juga yang Bikin Miris

26 Agustus 2023   07:47 Diperbarui: 26 Agustus 2023   07:52 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mohon maaf, Nek! Uang saya sudah habis..", jelas saya yang sudah tidak memegang uang cash. Tapi langsung diserobot lagi.

"Sampean orang kaya mas. Saya orang miskin. Tolonglah saya mas", ujar nenek tadi menyela omongan saya sambil seolah-olah mau nangis.

Akhirnya karena tidak memegang uang cash, saya minta tolong kawan untuk memberikan uang kepada penjual tersebut. Dengan sedikit dongkol, saya menatap kacang di pangkuan dan nenek penjual yang berlalu dengan langkah girang. Seolah dia berhasil membodohi saya. Padahal itu saya beli karena terganggu dengan kicauan yang dibumbui rengekan mau nangis. Healaah tobat tenan! Tolong pemerintah Kabupaten Demak, Bereskan kemiskinan penjual ini.

Prank beramal di pintu keluar makam Raden Fatah

Kejadian absurt selanjutnya saya alami seusai berziarah di makam Raden Fatah. Saat melangkah keluar menuju pintu yang ditentukan, kami serombongan mengalami peloncoan ngamal. Saat bertanya dengan petugas terkait destinasi ziarah di kota Demak kami di jawab dengan santun. Namun, saat hendak melangkah keluar salah satu petugas memberikan kami sebuah buku tipis tentang sejarah Kerajaan Demak, Kisah Raden Fatah, dan lain-lain. Petugas itu bilang kalau itu adalah amal. Kami kira buku ini diberikan gratis oleh keturunan Demak untuk beramal. Ternyata tidak!

Saat mendekati pintu keluar, tiba-tiba kami di hadang petugas yang menjaga pintu. Ia menjelaskan kalau satu buku harganya 10.000. Ia sambil berulang-ulang mengatakan "Ngamal", terus-menerus sambil berteriak. Akhirnya mau tidak mau kami membayar perbuku sesuai permintaan petugas. Sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, saya ngedumel dan hampir saja misuh. Kalau tidak ingat bahwa ini di makam para wali, mungkin kebun binatang sudah saya absen.

Wisata religi di Demak ini tidak saya pungkiri memang asyik dan banyak memberikan keilmuan baru. Tetapi berbagai peringai seperti orang-orang di atas cukup menodai hal tersebut. Saya harap hal ini bisa di tangani oleh PEMKAB setempat, dan pengelola makam lebih bijak lagi dalam menata anak buahnya. Jangan karena sikap-sikap seperti di atas, akhirnya membuat para peziarah risi dan ekstrimnya tidak mau lagi datang. Harusnya kita saling menghormati jangan malah ngakali!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun