Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peti Kapal yang Berlabuh

17 April 2023   14:41 Diperbarui: 17 April 2023   14:44 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak lama, gelegar petir dibarengi hujan lebat mengurung kapal kami. Ombak setinggi 5 meter berulang kali menghajar lambung kapal. Dengan cermat Bos nadhir berusaha meniti pinggir arus. Hingga ombak besar dari arah depan berhasil membalikan kapal kami.

***

Aku dan Bos Nadhir berhasil mencapai daratan. Tak berselang lama, Abk lain menyusul. Kami sudah biasa dengan badai seperti itu. Tapi kerugian yang ada tak bisa kami bayangkan.

"Sudahlah kang! Mungkin itu rahmat dari Gusti Allah. Kita masih diberi selamat dari kejaran tentara VOC," tutur Bos Nadhir. Kami hanya terdiam dan mengangguk setuju.

Dengan kelapangan dada, kami segera menjalankan shalat subuh yang tertunda. Selesai berdoa, dari kejauhan kami melihat kotak peti barang mengapung. Dengan cepat, kami berlari ke arah pantai, dalam hati berharap semoga itu adalah peti kapal kami yang masih utuh.

Bersama, kami gotong peti itu ke daratan yang tidak terkena air. Pohon kelapa tampak melambai-lambai di atas kami. Susah payah kami coba buka isi peti. Dilihat daribentuknya , sepertinya ini bukan peti dari kapal kami.

"Aah, Kang! Jangan di buka" teriak Sulaiman.

"Ada apa?" balas Bos Nadhir. Sulaiman tidak menjawab. Dia hanya menunjuk sebuah lambang.

"Eeh, minggir! " seru kami serentak.

Di antara kami yang loncat, hanya Bos Nadhir yang tampak cuek dengan peti itu. Dirinya masih terus berusaha. Lambang VOC dan sebuah simbol Bom tidak di acuhkanya.

"Bos, lekas pergi" teriakku. Namun dia sudah berhasil membuka penutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun