Mohon tunggu...
Vyerlla Apri
Vyerlla Apri Mohon Tunggu... -

simpel aja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Sungkawa

14 November 2010   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: Zulfa

1

Dalam tiap kita

Ada sepenggal cerita yang kini menguning

Seperti sajak sungkawa yang kutata ejaannya satu per satu

: pagi tadi



Sahabatku, biar kuberbisik

Di sela-sela angin lirih sore ini

Tentang sebiji kopi

: mungkin tak kan pernah larut dalam secangkir embun



2

Sementara cekungan dedaun dan ilalang tetap menadah setia

Memberi penjagaan terindah

Dalam do’a

Dalam tangis

Yang kadang tak kau sadari tetesannya



Jatuh

Luruh

Mengering



3

Embun yang kau teteskan kemarin kini menyejukan jiwaku

Sebait pesan sempat kubaca di antara kalakay-kalakay musim gugur

Musim dedaun berjatuhan

Seperti tetesan embun yang berjatuhan tiap pagi

dalam pelukan negeri berkabut



4

Kita tertatih mengeja isyarat semesta

Kita merajut helaian benang titian warna

Menjadi kisah yang terlukis dalam kanvas cerita

Tak sebatas gradasi merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu

Pun bukan tentang rona kepura-puraan

Menyamudra di raut lembut

: ketidakmengertian



5

Sementara mantra terbang mengawan

Dingin menelusupi pori-pori kulit

Menyapa aorta, vena, hingga jejantung

Namun tetap saja berujung kaku

Membeku di tepian sajadahku



6

Mereka aksara di antara a, i, u, e, o

Sederhana saja, biar kurajut menjadi untaian sajak sungkawa

Sab limit waktu tak lagi bersahabat indah dengan kita

Tak ada lagi puisi

Hingga jemariku lelah bertutur tentang pertemuan manis

Mengenalmu

: wajah-wajah teduh



7

Malam ini, sahabat

Sajak sungkawa kutata untuk kepergianku

Bingkisan sederhana ba’da kutemui garis perpisahan

Melengkung, menyekung, jelas bak kelopak matamu



Kepergianku bukan untuk pergi meninggalkanmu

Sab aku tak pernah datang padamu

Hanya saja waktu begitu manja membujukku melakonkan peran sederhana

Dari skenario Sang Agung



8

Sajak sungkawa jatuh luruh di atas dedaun

Ilalang, berikan penjagaan terindah untuk setiap do’a di antara riak tetesnya



9

Kepergianku bukan untuk meninggalkanmu

Sab aku tak pernah datang padamu

Pagi tadi.

dusun embun, 7 November 2010

08:52 PM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun