Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Konsultan - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler | Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Balik Ungkapan "Lelaki Tidak Bercerita"

20 Januari 2025   18:52 Diperbarui: 22 Januari 2025   05:14 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meme mengenai "Lelaki tidak bercerita" ternyata sudah dibahas di Kompas.com bulan November tahun lalu. Tetapi baru akhir-akhir ini saja, saya ngeh dengan kalimat itu. Kalimat yang mengusik dan membuat saya bertanya-tanya. Apa sih maksudnya? Koq rasanya aneh mendengar kalimat "lelaki tidak bercerita". Memangnya lelaki bukan manusia? :D

Tetapi ternyata ada juga istilah perempuan tidak bercerita. Entah apa maksudnya. Yang jelas, penerapannya dalam kalimat-kalimat yang saya baca dan dengar, tentang lelaki/perempuan tidak bercerita, kurang pas untuk mengungkapkan maksud sebenarnya. 

Terlepas daripada jenis kelamin lelaki atau perempuan, rasanya semua orang butuh bercerita. Bentuknya memang bisa bermacam-macam, mulai dari menulis, melukis, berpidato, menari, dll.

Ngobrol bersuara dua arah, juga adalah hal yang penting untuk kesehatan mental. Coba saja gak ngobrol dengan orang dalam sebulan penuh. Lihat dan rasakan sendiri hasilnya.

Ngobrol dan bercerita memang sesuatu yang berbeda. Ngobrol itu dua arah, sementara bercerita bisa saja satu arah. Memang, kadang ngobrol juga bisa menjadi satu arah ketika lawan bicara menguasai pembicaraan dari awal sampai akhir. Makanya, punya teman yang bisa diajak ngobrol dua arah itu adalah suatu keberuntungan.

Kembali kepada istilah lelaki/perempuan tidak bercerita, saya kira maksudnya ada orang-orang tertentu yang tidak mengumbar cerita, lebih suka mengusahakan situasi yang tenang tanpa membesar-besarkan masalah atau menunggu semuanya clear dulu baru mengambil kesimpulan dan diceritakan. 

Bersikap tenang dan bijaksana dalam menyikapi suatu masalah. Berani bertindak dan mengambil keputusan dengan tepat dalam situasi genting, tanpa menunggu persetujuan atau diskusi dulu dengan oran lain.

Memang mayoritas perempuan "suka" bercerita, dalam arti lebih banyak bicara, lebih detail dalam menjelaskan suatu peristiwa. Kadang yang gak penting pun diceritakan. Bahkan mungkin dibumbui dengan opini pribadi yang menggiring. Sehingga sering kali, cerita tentang hal yang sama, kemudian berhembus melalui udara, menjadi jauh dari kisah sebenarnya. 

Makanya yang mendapat tudingan sebagai biang gosip, biasanya adalah para wanita. Tetapi, sering kali wanita juga menjadi sumber informasi yang dibutuhkan. Karena cerita yang detail tadi. 

Sementara lelaki, biasanya tidak terlalu banyak bercerita, hanya menyampaikan poin-poin pentingnya saja. Tujuannya mungkin supaya suasana tetap tenang, atau mungkin menurut dia cuma itu saja yang penting. Selebihnya, tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata yang kadang bercerita terlalu banyak dan akhirnya mengungkap 'rahasia'. 

Pengalaman pribadi saya berbicara dengan orangtua, ayah yang lelaki, dan ibu yang perempuan memang berbeda. Contoh percakapan berikut yang pernah saya alami ketika berbicara via telepon dengan mereka, tentang salah seorang kerabat yang sedang sakit keras:

Lelaki tidak bercerita? (sumber: 100-pics.net)
Lelaki tidak bercerita? (sumber: 100-pics.net)

Percakapan saya dengan ibu:

Saya: Gimana kabarnya tante X, apakah sudah membaik?

Ibu: (bercerita detail), termasuk tentang kemungkinan bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan.

Saya yang mendengar cerita itu, tentu saja berpikiran bahwa penyakitnya sudah sangat parah, dan (maaf) waktunya sudah dekat. Saya pun mulai berpikir untuk pulang secepatnya, takut tidak sempat lagi bertemu dengan tante X.

Hari lain, saya berbicara lagi dengan ayah saya, dan menanyakan perkembangan kesehatan tante X.

Saya: Gimana kondisi tante X?

Ayah: (Dengan nada tenang) Semuanya sudah ditangani dengan baik oleh dokter. Kondisinya baik. Berdoa saja supaya kondisinya lebih baik lagi. 

Jawaban seperti ini, membuat saya merasa tenang, dan berpikir semuanya baik-baik saja, dan tidak perlu terburu-buru untuk pulang menemui tante saya itu. Tetapi tentu saja harus saya sempatkan secepatnya.

Di kemudian hari, ketika saya berkesempatan menjenguk beliau, ternyata kondisinya memang parah, persis seperti yang diceritakan oleh ibu saya. Dan memang waktunya tidak lama lagi.

Sebagai anak yang cukup dekat dengan orangtua, saya mengenal orang tua saya. Ayah saya bukan orang yang tidak peduli dengan kondisi orang lain, tetapi dengan berbicara seperti itu, dia hanya berusaha menjaga situasi tetap tenang. Beliau memang tipe orang yang tenang, bijaksana, dan berpikir jauh ke depan. 

Bukankah setiap kemungkinan bisa terjadi. Jadi buat apa membuat panik lingkungan sekitar dengan menceritakan semuanya dengan detail. Apa yang terlihat belum tentu sesuatu yang langsung bisa dimengerti dengan benar saat itu juga bukan? Sementara ibu saya juga tidak mengarang cerita. Apa yang dilihat dan didengar memang seperti itu adanya.

Lelaki tidak bercerita? Ya, lelaki yang bijaksana tidak mengumbar cerita. Clear dulu semuanya baru mengambil kesimpulan. Bukan seperti kebanyakan wanita yang tidak sabaran ingin tahu segala sesuatu dan sering terlalu cepat menyimpulkan dan menceritakan kembali apa yang terlihat. Padahal, kadang-kadang apa yang terlihat belum tentu hanya seperti itu saja.

Lelaki/perempuan tidak bercerita, aplikasinya dapat juga menyelesaikan masalah tanpa ribut. Terkadang ada hal yang harus diselesaikan sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat banyak orang. 

Tanpa bercerita dulu saya mau melakukan ini dan itu, tetapi langsung diputuskan dan dikerjakan. Bertindak tepat pada waktunya. Tentunya dengan pertimbangan logika yang matang, bukan yang ngasal. Sementara perempuan biasanya lebih mengedepankan emosi daripada logika. Biasanya kalau wanita, belum apa-apa sudah cemas duluan. Selain itu, banyak juga yang bekerja sambil mulutnya tidak berhenti ngomel :D 

Jadi saya kira, lelaki/perempuan tidak bercerita itu maknanya dalam, bukan sekadar tentang menceritakan sesuatu pada orang lain, atau mengisahkan sesuatu berkaitan dengan dirinya.

Kenyataannya banyak juga lelaki yang hobinya bercerita, terutama orangtua. Biasanya orangtua senang menceritakan kesuksesan anak-anaknya kepada teman-temannya. Salahkah itu? Tidak. Wajar saja bangga dengan pencapaian anak-anaknya.

Lelaki tidak bercerita bukan berarti tidak ngobrol atau tidak menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan dirinya. Karena kalau demikian, emak bapaknya juga susah. Khawatir, ini anak apakah baik-baik saja? Jangan-jangan, diam-diam malah narkoba. Apalagi kalau sudah menikah, lelaki tidak bercerita, gawat! Anak istrinya dibiarkan jadi dukun, nebak-nebak sendiri. Kebanyakan keluarga yang tidak saling bercerita, komunikasinya kurang sehat. 

Hal bercerita juga sepertinya tidak secara khusus berkaitan dengan jenis kelamin lelaki atau perempuan. Perempuan juga bisa "tidak bercerita". Saya kira tergantung kedalaman hati, kebijakan, dan tingkat kecerdasan emosional.

Orang yang smart dan berpikir panjang, sedikit berbicara banyak mendengarkan. Mendengarkan yang aktif, bukan sekedar asal mendengarkan. Dapat mengontrol mulutnya untuk tidak menceritakan sesuatu yang belum jelas duduk perkaranya. Karena hal itu dapat membuat heboh sebelum waktunya dan bisa jadi heboh yang negatif.

Sebaliknya, lelaki juga banyak yang "kebanyakan ngomong", senang membuat heboh, dan suka memancing keributan.

Menceritakan sesuatu tentang diri sendiri juga tidak salah. Tinggal kemahiran mengemas suatu cerita saja, maka kisah itu akan dapat berguna bagi orang lain, daripada sekadar kisah yang hanya sekedar membangga-banggakan diri sendiri. 

Kalau kita mengunjungi orang-orang tua (laki-laki dan perempuan) yang sudah lansia, di manapun mereka tinggal, biasanya mereka senang menceritakan pengalaman masa lalunya. Ya iyalah, yang diceritakan masa lalu tentang diri mereka sendiri. Kalau tentang masa depan, pasti tentang anak cucunya. Kecuali mereka sendiri masih punya mimpi dan cita-cita pribadi yang sedang diperjuangkan.

Jika tidak salah ingat, salah satu pelawak warkop DKI, pernah mengungkapkan bahwa salah satu kebutuhannya adalah ngobrol. Dalam ngobrol itu, pasti adalah sedikit menceritakan pengalaman hidupnya. Jadi, apa benar lelaki tidak bercerita? 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun