AI mungkin pada akhirnya akan bisa membuat karya yang juga benar-benar baru setelah mempelajari hasil karya manusia. Namun, manusia punya kelebihan sendiri. Dia bisa secara spontan berinisiatif menciptakan sesuatu yang baru. Contohnya penulis cerpen "Istri Sempurna", kegiatan sehari-harinya menjual mie ayam. Apa ada yang memintanya untuk membaca buku-buku yang membuat dia mengerti AI? Logika saya mengatakan tidak. Dan mungkin dia juga tidak secara khusus membaca bacaan-bacaan tentang AI. Tetapi karena senang membaca, maka pola pikirnya menjadi terasah untuk berpikir kritis. Hingga akhirnya dia mengerti bagaimana manusia bisa digiring untuk menjadi seperti robot hanya dengan bersuara sesuai perintah.
Kalau AI, setahu saya, harus diisi dengan data-data yang "nyambung" dulu baru dia bisa "mikir" sendiri. Atau dihubungkan dengan segala macam sumber data, dilatih untuk mengenali prompt dan kemudian mencari jawaban dari saluran-saluran data yang kira-kira sesuai. Jika sebelumnya tidak ada data tentang mie ayam, maka dia tidak akan bisa merespon prompt tentang mie ayam dengan benar.
Jadi, menurut pendapat saya, manusia tidak akan pernah terkalahkan oleh AI. Tetapi, tergantung manusianya juga. Ada yang maunya terima beres saja terima hasil selesai, tapi pada akhirnya jadi bodo, ada yang benar-benar berusaha mengerti sesuatu dulu, baru kemudian menciptakan sesuatu yang baru sesuai gayanya dia sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H