Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pameran Seni: Conversation with No Things

9 Desember 2024   23:29 Diperbarui: 10 Desember 2024   11:18 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya seni instalasi (dokpri)

High class ditempatkan sebagai yang paling bawah, standard di tengah, dan low budget paling atas. Low budget menjadi tempat orang yang sedang setengah duduk setengah tidur di antara kardus-kardus bekas tadi. 

Karya seni dilengkapi dengan visualisasi sobekan-sobekan kertas di lantai dan di dinding. Sobekan kertas di dinding, dalam imajinasi saya seperti menggambarkan hotel bintang bertaburan alias hotel beratapkan langit.

Karya seni instalasi (foto karya kompasioner Andrianto)
Karya seni instalasi (foto karya kompasioner Andrianto)

Tentu sangat kontras dengan high class dan standard hotel yang pastinya tidak dapat menikmati bintang bertaburan semerdeka itu. Makanya kedua kelas tadi diletakan di bawah budget hotel.

Entah apa maksud sebenarnya, karena saya lupa membaca keterangan mengenai karya ini saking terpesonanya. Namun itulah yang saya bayangkan. Boleh kan menterjemahkan sendiri?!

Tepat disebelah karya instalasi ini ada sebuah lukisan wanita cantik, dimana di situ juga disediakan sebuah kursi dengan peralatan audio visualnya untuk para pengunjung yang ingin "berbincang" dengan pelukis "Basoeki Abdullah".

Ini adalah sebuah karya AI, dimana pengunjung dapat berbincang dengan Pak Basoeki. Dalam logika saya, suara kita diterjemahkan ke dalam bentuk text. Dengan hasil konversi ucapan yang berupa text, mesin AI (Artificial Intelligence) akan mencari jawaban dari "dictionary" atau gudang data yang tersedia.

Ini seperti ketika kita menuliskan sesuatu pada ChatGPT (disebut "prompt"). Mesin AI kemudian menemukan jawaban yang sesuai dan mengkonversikan ke dalam bentuk audio, sebagai suara dari Pak Basoeki Abdullah. Maka terjadilah semacam obrolan antara pengunjung dengan Pak Basoeki Abdullah.

Dengan alat audio visual itu juga, kita dapat melihat beberapa lukisan karya Pak Basoeki, yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Di sisi tembok lain, ada lukisan yang muncul sebagai "pantulan" dari sebuah kotak dengan sisi berwarna merah yang ditaruh berhadapan dengan tembok. Rupanya gambar itu dipantulkan dari kotak dengan bingkai warna merah itu.

Menurut petugas yang menjelaskan, lukisan itu sudah "direkam" dalam bentuk QR Code pada garis merah yang membingkai kotak sehingga dapat dipantulkan ke dinding dihadapannya. Entah bagaimana cara kerjanya, tetapi mereka menggunakan aplikasi untuk membaca QR code.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun