Mungkin sesuai juga dengan judulnya, "Conversation with No Things" yang dalam terjemahan bebas ala saya artinya menjadi, percakapan tanpa hal apapun. Yang berarti tanpa sungkan, tanpa basa-basi, tanpa kata-kata kiasan yang masih ada kemungkinan ditafsirkan dengan salah. Dengan kata lain, terbuka apa adanya.
Layaknya usia muda, terkadang mereka punya kegelisahan tersendiri mengenai lingkungan sekitarnya dan juga tentang dirinya sendiri. Itulah yang saya lihat dalam beberapa karya yang dipamerkan. Contohnya karya Asmoadji, yang berjudul "Bercermin Pada Sekitar".Â
Sebuah seni instalasi yang menggambarkan sebuah pemukiman yang nampak sebagai pemukiman semrawut dan lanskap pantai. Dalam karya tersebut sang seniman menyertakan tulisan-tulisan yang bernada sinis, kekecewaan, yang dapat disimpulkan sebagai sebuah kritikan. Contohnya:
Dilarang melarangÂ
Tuhan lihat sekarang laut-Mu dipenuhi batu
Kaku penuh batu.Â
Nampaknya ini menceritakan sebuah pemukiman di tepi pantai, di mana kemudian pantainya hendak diuruk untuk membangun bangunan megah yang baru.
Sebuah karya instalasi lain yang menarik perhatian saya, menggambarkan seseorang yang sedang tidur, setengah duduk di antara kardus-kardus bekas di sekelilingnya, yang juga menjadi tempat tidur/duduknya.Â
Sang seniman sepertinya hendak menunjukan perbedaan antara penginapan high class, standard, dan low budget, seperti tertulis dalam tiga tumpukan.