Selama masa Pemilu kemarin masyarakat Indonesia mungkin akrab dengan kalimat: koalisi balas budi. Nah dalam pidato kebudayaan ini, Garin Nugroho mempertanyakan atau dalam pengertian pribadi saya, menantang pemerintahan sekarang, apakah pemerintahan yang baru ini mampu berkoalisi dengan rakyat sebagai jalan untuk balas budi untuk rakyat. Dengan kehadiran kementerian kebudayaan yang sekarang ini berdiri sendiri, timbul pemikiran apakah kementrian kebudayaan sanggup menjadikan kebudayaan di masa depan menjadi 'panglima' daya hidup bangsa bersama ekonomi dan politik, yang sudah menjadi 'panglima' di masa pemerintahan Jokowi.
Strategi kebudayaan mengandung kata kunci penting, yaitu imajinasi. Imajinasi adalah membayangkan sesuatu, mengabstraksi, memetakan bagaimana nanti ke depannya. Seorang pemimpin yang unggul adalah pemimpin yang sanggup berimajinasi ke depan untuk kemajuan bangsa. Bukan sekedar trial and error  tanpa pemikiran yang logis, atau ikut-ikutan trend. Imaginasi sanggup memetakan sesuatu di masa depan. Imaginasi juga harus mampu menerobos segala kendala dan keterbatasan.
Tjokroaminoto, adalah pemimpin dengan langkah-langkah politik yang mengimajinasikan bangsa dan negara. Kisahnya dapat dilihat pada film yang disutradarai oleh Garin Nugroho: Tjokroaminoto: Guru Bangsa.
Dengan strategi budaya, Tjokro memimpin bangsanya untuk bertumbuh dalam situasi dan kondisi terjajah sekalipun.
***
Dalam pidatonya, Garin Nugroho menyebutkan bahwa elite politik era Jokowi kurang memberi ruang bagi tokoh humaniora alias pemimpin budaya yang berfokus pada kualitas manusia untuk menjadi lebih baik. Padahal, seperti disebutkan di atas pemimpin yang unggul adalah yang berkekuatan imajinasi, kata kunci dari strategi kebudayaan, untuk menuju masa depan yang lebih baik bagi bangsa. Pemimpin seperti ini mempunyai visi, keberanian, dan pengorbanan, serta mampu berkoalisi dengan rakyat untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Bener juga ya. Selama ini sepertinya rakyat membangun budayanya sendiri-sendiri tanpa pemimpin. Sementara pemimpin berusaha membangun ekonomi dan politik, tetapi nampaknya lupa berkoalisi dengan rakyat untuk membangun budaya yang baik di tengah masyarakat.
Dengan mendengarkan pidato kebudayaan ini, jadi kembali disadarkan kalau budaya ada di segala bidang. Budaya bukan hanya berasal dari masa lalu. Tetapi budaya itu juga tentang masa sekarang dan merancang masa depan.
Kalau begitu, siapa bilang tentang teknologi tidak ada unsur budayanya. Ada! Karena teknologi juga butuh imajinasi untuk bisa membangun sesuatu yang lebih baik di masa depan, mempersiapkan sesuatu sekarang agar tidak menjadi sesuatu yang kadung susah untuk diperbaiki di masa depan. Dan saya kira semua bidang kehidupan, butuh imajinasi kreatif agar dapat terus berkelanjutan. Kemampuan imajinasi ini tidak dibangun dalam waktu singkat. Tetapi perlu pengertian yang mendalam tentang berbagai teori, pengamalan yang membuahkan pengalaman dan kebijaksanaan, dan pada akhirnya kemampuan berimajinasi untuk membangun visi yang jauh ke depan. Â
Semoga pemerintahan sekarang juga dapat mengedepankan strategi budaya yang tepat dan sesuai dengan kepribadian bangsa, mampu berimajinasi merancang visi ke depan dan berkoalisi dengan rakyat untuk menjalankan visi dan misinya, sehingg negara ini dapat menjadi lebih baik baik di dalam negara Indonesia sendiri maupun di tengah-tengah bangsa lain di dunia ini. Dan sanggup mengembalikan hak-hak warga negara untuk menjadi masyarakat sipil yang kritis, terbuka, produktif, terlindungi, dan sejahtera sesuai dengan amanat undang-undang.Â
Referensi:Buku Program Pidato Kebudayaan 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H