Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sederhana yang Tidak Sesederhana Itu

5 September 2024   21:19 Diperbarui: 5 September 2024   21:19 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parkir sembarangan pun mungkin membuat orang segan untuk menegur. Sekarang? Punya mobil gak punya parkiran, nyusahin orang lain yang sama-sama pengguna area publik! Mungkin sekian puluh tahun lagi, pesawat jet pribadi sudah menjadi sesuatu yang biasa saja bagi kebanyakan orang Indonesia sehingga mau pamer pun tidak banyak orang yang peduli.

Mengapa Paus berani menggunakan mobil "biasa-biasa" saja, duduk di sebelah supir, dan tidak sungkan membuka jendela mobil untuk menyapa masyarakat yang berdiri di pinggiran jalan ingin melihat beliau secara langsung?

Kalau boleh saya menyimpulkan secara pribadi, Bapak Paus merasa "setara" dengan orang-orang yang dia jumpai.

Mudahkah untuk mengambil sikap seperti itu? Saya yakin tidak!

Menurut saya, orang-orang yang berani dan pada akhirnya mampu melihat semua orang setara dengan dirinya tanpa rasa takut bahwa dirinya "akan" disetarakan,  artinya orang itu sudah sampai pada level yang lebih tinggi dibanding orang kebanyakan. Seseorang yang sudah berhasil mengalahkan egonya sendiri.

Sebagai manusia yang sama dengan Bapak Paus yang juga manusia, pasti kita tahu peperangan apa yang ada dalam diri ketika kita harus berdiri bersama dan setara dengan sesama yang sering tidak kita sadari memang dari sananya sama dan setara dengan kita sendiri. Sebagai seorang Katolik, saya dapat mengatakan bahwa itu adalah implementasi bahwa kita melihat setiap orang sebagai "Kristus". Sesuatu yang saya yakin tidak mudah. Kalau untuk sesekali saja dalam rangka bakti sosial mungkin mudah, tetapi untuk tetap bertahan dalam sikap sepeti itu dalam setiap tarikan nafas kita, tentu tidak mudah. 

Jika kita dapat melihat Kristus dalam diri setiap orang, tidak akan ada keinginan untuk pamer, untuk merasa berhak memandang diri lebih tinggi daripada orang lain, atau bahkan untuk merasa takut berada di dekat masyarakat dari kalangan mana pun. Apalagi seorang kepala negara seperti Paus. Terbersit dalam pikiran saya, apakah tidak ada rasa takut kalau tiba-tiba ada sabotase yang mengancam keamanan dirinya?

Saya rasa beliau benar-benar berserah pada Tuhan sang penyelenggara kehidupan, makanya dapat dengan santai membuka jendela mobil dan bersalaman dengan orang-orang yang mendekat. Bahkan memanggil beberapa orang yang dapat dipanggil untuk mendekat dan memberkati mereka.

Berserah pada Tuhan atas hidup mati kita bukan berarti menjalani hidup sembarangan. Kita adalah penguasa atas nafsu dan keinginan yang ada dalam diri kita sendiri. Namun bukan berarti bisa seenaknya. Seperti sudah saya sebutkan di atas, salah satu bentuk kesederhanaan adalah taat pada peraturan. Selain itu juga menghormati orang lain. Apa jadinya jika saking sederhananya, Bapak Paus memutuskan naik motor dengan alasan mencegah kemacetan. Tentu itu akan menyusahkan para staf  kedutaan Vatikan dan orang-orang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan Bapak Paus. Apalagi kita lihat Bapak Paus menggunakan kursi roda. Bukan karena tidak dapat berjalan, tetapi kemungkinan karena usia yang sudah tidak muda lagi sehingga gerak beliau menjadi terbatas. Jika sudah menyusahkan banyak orang, saya rasa itu bukan lagi kesederhanaan.

Kesederhanaan juga artinya dapat menerima perbedaan sebagai sesuatu yang biasa dan tidak perlu diperdebatkan. Sesuatu yang berbeda tidak dapat dibuat sama, karena itu tidak perlu terlalu banyak berpikir mengapa kelompok ini begini mengapa kelompok itu begitu. Pola pikir yang sederhana akan dapat menerima sebuah perbedaan tanpa harus berusaha menunjukan dirinya atau kelompoknya lebih benar daripada kelompok yang lain. Tidak juga mencela kekurangan orang lain. Namanya kita hidup di dunia, kekurangan itu pasti ada. Ya sudah tidak usah menjadikan kekurangan orang lain sebagai bahan gosip apapun tujuannya. Dengan begitu orang lain pun tidak perlu merasa harus siap siaga pasang kuda-kuda untuk menghadapi kita. Itulah mengapa kesederhanaan itu sifatnya universal, bisa diterima semua orang. Sesederhana itu.

Memang sesederhana itu, namun untuk mencapai kesederhanaan itu, rasanya perlu benar-benar menata diri, menghargai hidup bukan dengan materi saja karena hidup bukan melulu tentang materi, mengisi diri dengan hal-hal yang baik di mata Tuhan, bukan di mata manusia. Untuk tahu mana yang baik di mata Tuhan mana yang tidak, tentunya kita harus bergaul dan berkomunikasi lebih dalam dengan Tuhan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun