Technostress, sebuah kata dalam bahasa Inggris yang terbentuk dari dua kata, "techno" dan "stress". Techno, saya percaya berasal dari kata "teknologi" sedangkan stres artinya tekanan. Jadi kira-kira arti dari istilah technostress adalah tekanan akibat teknologi.
Ada beberapa definisi yang saya temukan melalui mesin pencari Google. Salah satunya mengatakan bahwa technostress terjadi ketika kita terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar (screen time). Dapat dipastikan bahwa yang dimaksud layar di sini bukanlah layar televisi.Â
Karena sekarang bukan lagi zamannya orang kebanyakan menonton televisi. Tetapi layar di sini saya kira mengacu pada layar dalam terminologi teknologi terbaru, yaitu layar komputer yang dapat berupa HP, laptop, Ipad, atau apapun sebutan dan bentuknya, selama layar kaca tersebut terhubung ke Internet yang menjadikannya sebuah alat canggih.
Menurut sumber yang lain, istilah technostress mulai ada pada tahun 1984, yaitu stres yang dihubungkan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti Internet, media sosial, telepon genggam, dan mobile device lainnya.
Technostress menyerang banyak organisasi dan hampir pada semua level. Tidak hanya menyerang para pekerja IT yang dikenal banyak berkutat dan nongkrong di depan komputer. Bahkan saya kira makin ke sini, jika tidak dapat mengontrol diri, orang-orang di pedesaan pun dapat mengalami hal ini. Berikut beberapa bentuk technostress:
Techno-complexity
Kondisi saat ini memungkinkan seseorang melakukan berbagai aktivitas di depan komputer dalam waktu bersamaan. Sambil mengerjakan pekerjaan kantor mungkin juga sambil menonton film, dan juga sambil membaca artikel. Semuanya dilakukan dalam waktu bersamaan dengan satu alat yang sama: komputer.Â
Pertanyaannya, apakah itu sehat dan benar-benar dapat dinikmati? Atau apakah aktivitas yang dikerjakan bersamaan dalam satu waktu itu benar-benar selesai? Hal seperti ini dapat digolongkan sebagai techno-complexity.Â
Multi tasking pada saat bersamaan, yang sebenarnya tidak sehat, karena menyebabkan seseorang menjadi sulit fokus pada satu hal saja. Rakus ingin melakukan banyak hal, tetapi akibatnya tidak ada yang beres dengan benar. Nonton film tidak tahu betul jalan ceritanya karena hanya mendengar suaranya saja, itu pun belum tentu semua didengarkan karena nontonya sambil mengerjakan pekerjaan lain di komputer yang sama.Â