"Terima kasih, mba!", kata si bapak seraya menerima bungkusan makanan dan uang dari saya.
Saya pun berbalik berjalan kembali ke arah kost.
Terlepas apakah dia pura-pura atau tidak, hati saya merasa lebih damai dan tenang.
Kalaupun dia pura-pura, urusan dia dengan tuhannya, bukan urusan saya.
Sebelum kembali ke kost, saya mampir di warteg langganan yang biasa diserbu anak-anak kost di akhir pekan, dan membeli makan malam ala kadarnya.
Jakarta, sekitar tahun 2005
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!