Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bukan Smartphone Biang Masalahnya, tetapi Internet

16 Agustus 2024   00:28 Diperbarui: 20 Agustus 2024   07:42 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wifi user. (Sumber: shutterstock via kompas.com)

Hidup tanpa smartphone?! Emang bisa? Bisa aja kalau emang niat.

Bukan smartphone yang jadi masalah, tapi Internet! Smartphone tanpa koneksi Internet bukan lagi smartphone tapi hanya telepon genggam biasa, yang lebih kita kenal dengan sebutan HP (Hand Phone). 

Bayangkan smartphone tanpa Internet! Bukankah itu hanya hanya akan menjadi sebuah telepon selular jaman dulu yang fungsinya hanya untuk bertelepon, saling berkirim pesan melalui SMS (short message service), membuat catatan pada notes, sebagai alarm, sebagai penunjuk waktu (jam, kalender). Untuk menyetel pengingat sesuatu (reminder) dan untuk bermain game yang tidak memerlukan Internet.

Mungkin pemandangan orang-orang yang kemana-mana setiap saat memegang HP (hand phone) tidak akan ada lagi. Ketinggalan HP tidak akan menjadi masalah jika tidak ada Internet.

Tetapi bagaimana dengan program pembayaran dengan QRIS jika tidak ada Smartphone dengan koneksi Internetnya? Bagaimana dengan para UMKM yang berjualan di marketplace? Ternyata ada dampak yang "merugikan" jika tidak ada smartphone dengan koneksi Internet.

Smartphone dan koneksi Internet dapat menjadi sumber masalah tetapi juga dapat menjadi penyelesaian masalah. Tergantung bagaimana kita mengontrol diri dalam penggunaannya.

Salah siapa? Bukan 100% salah smartphonenya, tapi ada juga salah Internetnya. Apalagi, teknologi saat ini memungkinkan smartphone "menggoda" kita setiap saat dalam berbagai kesempatan. 

Sebagai contoh, sekali kita melihat-lihat suatu barang, sekalipun cuma lihat-lihat sekedar mengisi waktu, maka selanjutnya apapun aplikasi yang kita  buka, gambar barang itu akan muncul di mana-mana seolah menggoda. 

Masih mending kalau yang muncul iklan barang..lha kalau iklan pinjol...pas lagi cekak pula...sekali tergoda, selanjutnya banyak tawaran dengan berbagai metoda, entah itu iklan yang tiba-tiba nongol ketika buka email seperti gmail dan yahoo. Entah itu tiba-tiba ada yang telepon menawarkan pinjaman uang..dst.

Benarkah salah Internet? Bisa jadi! Karena memudahkan seseorang jatuh ke dalam "dosa"

Tetapi juga bukan 100% kesalahan Internet. Salah orangnya tidak dapat mengontrol diri.

Jaman dulu sebelum ada smartphone juga banyak godaan. Namanya juga masih hidup di dunia, godaan pasti ada saja. Tetapi, dengan adanya smartphone dengan segala teknologinya, godaan itu lebih gencar dan proses jatuh ke dalam godaan itu pun menjadi lebih cepat.

Contoh lain pengaruh buruh smartphone dan koneksi Internetnya, di antaranya:

Game online addiction
Bisa juga gara-gara smartphone dan koneksi Internetnya. Awalnya hanya untuk mengisi waktu, lama-lama ketagihan.

Terlalu aktif bermedia sosial
Ini juga adalah salah satu dampak penggunaan smartphone yang tidak terkontrol

Godaan banjir informasi
Informasi apa pun menjadi begitu mudah diakses. Berbahaya jika dikonsumsi begitu saja tanpa tahu mana sumber informasi yang benar mana yang bukan.

Bisa juga informasinya benar tetapi dicerna dengan salah. Selain itu, godaan melahap banyak artikel dan informasi yang belum tentu diperlukan, tentu akan makan waktu juga.  

Yeah...sebenarnya intinya adalah kontrol diri. Di jaman canggih yang serba mudah ini, kontrol diri justru harus semakin ditingkatkan. Karena ternyata kecanggihan teknologi memberikan banyak godaan yang berdampak pada kualitas hidup yang menurun. 

Entah dari sisi waktu yang tersedot begitu saja karena terlalu aktif ber-smartphone ria, entah dari sisi keuangan dengan segala godaan belanja onlinenya, entah dari sisi kesehatan mental karena penggunaan smartphone yang berlebihan dan tanpa kontrol

sumber: www.tecfuturenow.com
sumber: www.tecfuturenow.com

Karena berbagai alasan kemudahan akses ke berbagai hal di dunia maya, seperti dipaparkan pada www.ncbi.nlm.nih.gov, maka mengurangi penggunaan smartphone dapat meningkatkan kesehatan mental. 

Logikanya, teknologi smartphone yang dapat menimbulkan terganggunya kesehatan mental karena penggunaan yang kurang bertanggung jawab (terhadap diri sendiri), harus disembuhkan dengan mengurangi intensitas penggunaannya.

Lantas apakah dampak teknologi yang secara langsung berhubungan dengan smartphone dengan koneksi Internetnya selalu merugikan? Tentu tidak!

Teknologi smartphone yang menawarkan kepraktisan dapat membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, dengan adanya smartphone kita tidak perlu lagi ngotot tawar menawar dengan tukang ojeg, pake aksi pura-pura gak butuh pula, padahal butuh. 

Karena sudah ada aplikasi semacam Gojek, Grab, dan teman-temannya yang memungkinkan tinggal pesan, harga tidak ada tawar menawar, bayar bisa online, layanan datang tepat waktu dan selalu siap siaga karena drivernya juga semua terhubung ke aplikasi.

Belanja kebutuhan hari-hari pun jadi mudah. Apalagi bagi para wanita karir yang sibuk tak menentu dengan aktivitas kantorannya. 

Hanya saja perlu kontrol diri untuk tidak menghabiskan waktu terlalu lama browsing sana-sini mencari harga termurah padahal bedanya cuma beberapa rupiah. 

Bayangkan saja kita berbelanja di toko langganan yang itu-itu lagi dan gak perlu membanding-bandingkan harga dengan toko lain karena pastinya jadi buang waktu. 

Demikian pula di dunia online, ada baiknya kita berlangganan dengan toko yang itu-itu lagi dan tidak perlu browsing yang lain.

Sebaiknya pelajari perintah-perintah google searching untuk mendapatkan informasi yang paling tepat ketika memerlukannya. 

Jadi, karena "banjir informasi" akibat pencarian informasi yang kurang detail juga dapat membuat kita tergoda melihat-lihat artikel lainnya yang tidak berhubungan dengan apa yang kita cari.

Kembali ke buku bacaan dalam bentuk fisik berupa buku kertas, saya kira juga dapat membantu mengurangi "screen time". Selain tidak tergoda untuk melihat-lihat bacaan lain, informasi dari buku lebih dapat dipercaya. 

Tentunya dengan memilih pengarang yang kompeten. Dengan kemudahan mengakses berbagai informasi, tanpa dasar pengetahuan yang cukup, dapat mengarahkan ke informasi yang tidak valid. 

Pada awalnya mungkin tidak mudah mengurangi screen time, maka itu lakukan sedikit demi sedikit dengan cara menghindari waktu "nganggur" yang ujung-ujungnya jadi main hp. 

Cobalah untuk menyibukan diri dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan smartphone, jika tidak diperlukan. 

Bila perlu, kembali ke jaman masa kecil dulu, segala sesuatu dijadwal, termasuk waktu tidur, waktu olah raga, waktu beberes rumah, dsb.  Dan berusahalah untuk mengikuti jadwal tersebut. 

Mari hidup sehat dengan menjadikan smartphone hanya sebagai alat bantu saja, bukan sesuatu yang utama yang membuat kita menjadi tergantung pada smartphone.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun