Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Takut Berbicara di Depan Umum, Bagaimana Mengatasinya?

15 Juli 2024   12:48 Diperbarui: 16 Juli 2024   11:13 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gugup saat berbicara di depan umum (SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com)

Berbicara di depan orang banyak mungkin adalah salah satu ketakutan terbesar bagi sebagian orang di dunia ini.

Padahal, dalam kehidupan sehari-hari pasti ada satu momen di mana, mau tidak mau, kita harus berbicara di depan umum, walaupun bukan secara profesional namun formal, baik itu dalam lingkup yang kecil maupun besar.

Contoh yang paling sederhana, dalam lingkup tertentu, adalah mengucapkan sepatah dua patah kata untuk menyambut para tamu undangan dalam suatu acara, memperkenalkan diri secara formal pada suatu kelompok orang, memimpin doa bersama, dan banyak lagi.

Kenyataannya, kebanyakan orang pasti sudah pernah berbicara di depan banyak orang dalam situasi yang lebih santai bersama teman-teman dan keluarga. Entah itu sekedar ngobrol ngalor ngidul, bersenda gurau, bertukar pikiran, dll. Namun begitu diminta untuk berbicara secara formal di depan orang banyak, rasanya sulit. 

Belum apa-apa sudah keringat dingin dan gemetaran, mendadak sakit perut sehingga bolak-balik ke belakang, mendadak tidak tahu hendak bicara apa, dst. Menurut beberapa sumber, ketakutan ini disebut dengan istilah glossophobia.

Mengapa hal itu terjadi? Mungkinkah karena sudah lebih dulu merasa takut? Takut ditertawakan, takut salah, takut omongan dan sikap kita memalukan, takut jadi bahan ejekan, dan entah takut apa lagi.

Yah... ketakutan-ketakutan itu memang mungkin terjadi. Tapi, so what gitu lho? Ditertawakan orang banyak? Terus kenapa?! Dianggap memalukan?

Asal jangan mempermalukan diri sendiri saja karena melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan norma-norma budaya setempat, rasanya tidak apa-apa. Orang lain boleh menertawakan kita dan itu bukan berarti dunia kita berakhir bukan?

Takut salah? Kenyataannya sepanjang hidup, tanpa berpidato di depan umum pun kita semua sudah dan masih akan banyak berbuat salah, baik disengaja maupun tidak sengaja.

Jadi mengapa mesti takut salah? Takut salah hanya membuat seseorang menjadi sulit berkembang menjadi lebih baik.

Jadi bahan ejekan? Ya biarin aja! Tanamkan saja di pikiran kita, jadi bahan ejekan bukan berarti kita harus berhenti melangkah.

Tinggalkan saja orang-orang yang senang mengejek, karena dunia ini luas. Masih banyak orang-orang yang jauh lebih baik dari mereka untuk dijadikan teman seperjalanan selama kita hidup di dunia ini.

Gampang yah berteori!

Eh...tetapi saya sendiri mengalami ketakutan itu. Namun saya berani menantang diri sendiri untuk membuang jauh-jauh rasa takut itu.

Suatu saat, secara tidak sengaja, saya berkenalan dengan sebuah komunitas yang bernama "Toastmasters". Sebuah komunitas tempat berlatih public speaking dan kepemimpinan, yang bertaraf Internasional.

Pertama kali diarahkan oleh seseorang untuk datang ke pertemuan rutin mereka, saya sama sekali tidak tahu komunitas apa itu.

Awalnya, saya hanya merasa kalau saya punya masalah dengan bahasa Inggris, tapi tidak tahu apa masalahnya.

Maka saya meminta saran dari seorang kenalan yang saya kira cukup kompeten dalam hal ini. Namun saya meminta beliau untuk tidak menyarankan saya mengambil kelas conversation. Kalau sekedar bicara dalam bahasa Inggris, rasanya bisa.

Oleh karena itu saya tidak mau ambil kelas conversation. Karena saya pikir hanya akan buang-buang waktu dan uang saja.

Maka rekan ini menyarankan saya untuk datang ke suatu tempat, tanggal sekian, jam sekian. Karena percaya pada beliau, maka saya ikuti saja permintaan beliau tanpa banyak tanya. Dan apa yang terjadi?!!

"This is not my place!", itulah yang langsung muncul di kepala saya, ketika menyaksikan beberapa orang berpidato di depan secara bergiliran. Dan saya mulai berusaha menenangkan diri sendiri. Namun untuk meninggalkan tempat itu, rasanya tidak mungkin. Hampir semua orang menyapa saya dengan ramah ketika saya datang. 

Tidak terlalu banyak orang, namun tetap saja membuat saya merasa itu bukan tempat saya, karena melihat kepiawaian para pembicara yang berpakaian rapi, berpidato seperti para profesional atau seperti orang-orang yang berpengaruh, yang sering saya lihat di televisi. Dalam bahasa Inggris yang fasih pula. Wow!! Akhirnya saya cuma berusaha duduk tenang dan mendengarkan sambil terkagum-kagum.

Di akhir acara, rupanya nama saya dipanggil untuk berbicara di depan menyampaikan komentar atas pertemuan tersebut, sebagai orang yang baru pertama kali hadir dalam pertemuan itu. 

Telapak tangan saya mulai basah. Tapi... masa iya saya harus lari?! Akhirnya saya pun maju. Untuk menenangkan diri, saya tersenyum lebar dan mulai bisa mengeluarkan suara. 

Cuma beberapa kata saja yang bisa keluar, entah apa pula yang saya ucapkan. Tapi ditepuk tangani oleh semua yang hadir. Dan hufffhh....rasanya merdeka bisa kembali ke tempat duduk dengan selamat. Tidak ada polisi yang dipanggil untuk menangkap saya setelah saya berbicara di depan mereka!

Setelah pertemuan itu, kenalan saya tadi memberikan beberapa undangan pertemuan lagi untuk saya ikuti. Rupanya ada beberapa kelompok yang disebut "klub" dan masing-masing klub memiliki nama masing-masing namun semuanya terhubung secara Internasional ke Toastmasters International di Amerika.

Di kemudian hari saya pun tahu kalau organisasi ini ada di berbagai negara dan kita dapat hadir dalam pertemuan mereka sebagai anggota Toastmasters yang "bertamu" ke klub mereka.

Di awal-awal keanggotaan saya, saya sempat berpikir bahwa organisasi ini adalah salah satu sarana untuk berlatih bahasa Inggris.

Tetapi, kenyataannya organisasi ini ada dalam berbagai bahasa, karena pada dasarnya tujuan organisasi ini adalah untuk mengasah kemampuan berpidato di depan umum dan juga untuk meningkatkan keahlian kepemimpinan, dan bukan untuk mengasah kemampuan berbahasa asing.

Bahasa adalah salah satu alat agar kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, namun berpidato dan hal kepemimpinan adalah bentuk komunikasi yang lebih tinggi.

Tidak hanya sekadar berbicara dengan bahasa yang fasih, tetapi juga tentang keteraturan dalam berbicara, penyampaian pesan yang mudah dimengerti oleh orang lain, intonasi suara yang pas, gerak tubuh dan juga mimik yang pas agar pendengar "betah" mendengarkan pidato kita.

Selain itu pemilihan dan pengolahan topik yang baik sangat penting, agar pembicara dan audiens saling terhubung melalui pidato yang disampaikan.

Jadi sekali lagi, organisasi Toastmasters International ini adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk berlatih bersama-sama seluruh anggota, dalam hal public speaking dan kepemimpinan. 

Di Indonesia sendiri ada banyak klub dengan beberapa bahasa pengantar, diantaranya bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Mandarin. Siapapun boleh bergabung asalkan berusia 18 tahun ke atas. 

Klub Toasmasters berbahasa Indonesia, yaitu bahasa ibu kita sendiri, yang tentunya mayoritas dari kita sangat fasih berbahasa Indonesia, sudah ada sejak 17 tahun lalu, tepatnya sejak 30 Juni 2027.

Klub Toastmaster yang bernama Jakarta Bahasa, atau disingkat menjadi JaBaT ini, didirikan atas inisiatif beberapa anggota pada klub berbahasa Inggris, dimana salah satunya adalah Bapak Wardiman Djojonegoro. Bapak Wardiman Djojonegoro adalah menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Soeharto.

Meskipun berbahasa Indonesia, namun tetap saja klub ini tergabung dalam Toastmasters International yang berpusat di Amerika, dan keanggotaanya pun bersifat Internasional.

Dengan berlatih bersama tanpa perlu takut salah, banyak orang termasuk saya sendiri, sedikit demi sedikit dapat mengatasi rasa takut berbicara di depan umum.

Dalam setiap hal dimana kita ingin menjadi seseorang yang lebih baik, tidak dapat dipungkiri bahwa kuncinya adalah berlatih terus menerus.

Organisasi Toastmasters International ini adalah sarana bagi orang-orang yang ingin selalu menjadi lebih baik dalam hal public speaking dan kepemimpinan.

Tidak menguasai bahasa asing? Tidak apa, sudah ada klub Toastmasters berbahasa Indonesia yang dapat kita ikuti, yaitu Jakarta Bahasa Toastmasters. (VRGultom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun