Kesimpulan, informasi tidak sesuai dengan kenyataan dan fakta yang ada, sangat mungkin terjadi akibat teknik pengumpulan data yang kurang tepat, sehingga masih memungkinkan terjadinya manipulasi data dimulai dari sejak awal pengumpulan data.
Bagaimana dengan keluhan-keluhan yang biasanya muncul pada saat penghitungan suara? Seperti yang saya dengar melalui salah satu stasiun televisi, mengenai ketidakpercayaan terhadap sistem Sirekap, yaitu sistem yang merekap data pemilu yang awalnya berasal dari TPS.
Kesalahan bisa saja terjadi saat penginputan data. Namun dalam kasus ini, ada bukti hard copy, yaitu kertas-kertas suara, yang bisa menjadi pembanding. Saya kira dengan kerja sama dari hulu ke hilir, kesalahan input dapat diperbaiki.
Meminjam istilah yang sedang populer, dari hulu ke hilir, dalam kasus ini adalah mulai dari TPS, total harus sudah benar, kemudian diinput dengan benar juga ke dalam sistem.
Ada kemungkinan juga, penginputan data belum selesai, sehingga masih ada perbedaan dengan bukti fisik yang ada.
Yang jelas, jika ada algoritma yang kurang benar, saya yakin ada banyak pakar IT di Indonesia yang dapat mengaudit sistemnya sehingga dapat ditemukan penyebab ketidak sinkronan data (jika memang ada).
Sistem komputer seperti ini dapat diuji mulai dari designnya, metoda-metoda penyimpanan data, pemrograman, dan sistem keamanan networknya.
Roy Suryo, sang mantan menteri pada eranya, yang mendapat julukan pakar telematika mencurigai adanya algoritma sisipan pada sistem Sirekap, entah apa dasarnya.
Namun, bagi orang yang mengerti proses pembuatan sistem, rasanya tidak sulit melakukan uji proses untuk menentukan apakah memang ada algoritma yang tidak benar sehingga hasil rekapitulasi menjadi tidak sesuai dengan bukti fisik (kertas suara).
Ada hal-hal yang perlu dikonfirmasi sebelum menuduh apakah algoritma sebuah sistem itu ada yang salah atau sengaja dibuat salah sehingga perhitungan suara lebih berpihak pada salah satu pasangan capres-cawapres.
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sebelum menyatakan kerja sebuah sistem salah atau benar, perlu dicermati metode penginputan datanya, termasuk apakah data dari TPS sampai dengan "selamat" di lembaga penghitungan berikutnya. Selamat dalam arti, tidak ada kesalahan input atau kesalahan penghitungan dari pihak sebelumnya. Karena jika dari awal sudah salah, maka data yang diterima di jenjang selanjutnya pun akan salah.