Dapat dimengerti jika perpres jurnalisme berkualitas ini membuat Google bersuara. Salah satu misi Google membuat informasi mudah diakses dan bermanfaat bagi semua orang. Misi yang baik jika pemberita juga mengisinya dengan hal-hal yang benar, bukan berita hoax.Â
Btw, beberapa waktu yang lalu, kalau buka Google menggunakan aplikasi di smartphone, sudah ada rekomendasi berita-berita yang kebanyakan adalah berita gosip dari sumber-sumber yang kurang dapat dipercaya. Sempat seperti itu, walau sekarang muncul juga rekomendasi bacaan yang lebih berkualitas dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Jadi sebenarnya apa yang diperlukan? Menandai berita-berita hoax dan memberi sangsi atau memblokir medianya? Atau memberlakukan perpres jurnalisme berkualitas termasuk pada Google agar hanya mengakui dan menerima content yang berkualitas saja. Tidak peduli itu berasal dari media arus utama atau bukan, yang penting berita-berita yang ditampilkan hanyalah yang dianggap berkualitas.
Apapun itu, kebijaksanaan pemerintah harus kita hargai dan laksanakan. Bagaimanapun, berita-berita hoax, sampah, atau yang ngasal, dapat merugikan dan bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi jurnalisme yang sudah berkualitas untuk menurunkan standar kualitasnya.
Namun dari sisi pemerintah pun harus berkomitmen bahwa peraturan berlaku untuk semua dan ada pengawasannya. Jadi bukan sekedar membuat peraturan tetapi tidak ada pengawasan dalam pelaksanaannya.Â
Sebaiknya pemerintah mengimplementasikan AI dalam pengawasannya, untuk mengurangi beban pengawasan yang pasti tidak sederhana dan tidak mudah di Indonesia yang sangat luas ini, dimana masih banyak salah kaprah mengenai pengertian kebebasan dan kemerdekaan. Karena bebas dan merdeka bukan berarti seenaknya tanpa mempertimbangkan orang lain.Â
Semoga para content creator dan para pelaku profesi sejenis dapat meningkatkan keterampilan diri agar tidak tergusur oleh perpres jurnalisme berkualitas. Dan semoga standar kualitas dari sebuah produk jurnalisme tidak hanya tergantung pada selera masyarakat.Â
(VRGultom)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H