Mengurai kemacetan menggunakan teknologi AI, seharusnya bisa!
Beberapa tahun ke belakang, yaitu sejak 2011, tim IBM, salah satu perusahaan IT terbesar di dunia, telah mengusahakan hal ini. Dan hari ini, pertengahan 2023, kita masih merasakan betapa banyak waktu terbuang percuma karena macet di Jakarta. Bahkan sekarang ini, bukan cuma di Jakarta, tetapi hampir di semua kota di Indonesia.
Harus diakui kalau dari kalangan "mampu" sudah banyak yang mulai memilih untuk menggunakan kendaraan smart transportation seperti MRT daripada menggunakan kendaraan pribadi atau taksi online.
Sedangkan kalangan menengah ke bawah, selain menggunakan MRT, sudah banyak yang memilih menggunakan busway dan KRL sebagai transportasi sehari-hari.
Kehadiaran transportasi online mungkin sempat menyumbang kemacetan, karena ongkos yang lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi, dan banyaknya orang yang memanfaatkan kendaraan pribadinya untuk dijadikan taksi online. Namun seiring waktu, peminat kendaraan ini mulai berhitung karena ongkosnya yang tidak lagi "murah".
Apa sebenarnya penyebab macet? Sebelum mengenali penyebab kemacetan, ada baiknya kita lihat dulu dua hal berikut:
Terlalu banyak Kendaraan Lalu Lalang
Tanpa melihat data pun, kita sudah dapat menganalisa secara kasar mengapa ada kemacetan. Penyebabnya adalah terlalu banyak kendaraan dan kurang memadainya transportasi umum.
Tetapi menurut saya, terlalu banyak kendaraan dibandingkan dengan batas maximum beban jalanan, adalah kemacetan itu sendiri. Istilahnya overload.
Kemana-mana, apalagi di Jakarta, hampir bisa dipastikan macet! Kecuali di jalan tol atau pada jam-jam tertentu, misalkan dini hari.
Saya rasa ini dulu yang harus dibereskan. Caranya bagaimana?Â
- Mengumpulkan data kendaraan yang masih beroperasi di Jakarta
- Mengumpulkan data penjualan kendaraan bermotor (baru) dari setiap produsen kendaraan bermotor di Indonesia
- Mengumpulkan data SIM yang masih berlaku dan permohonan SIM baru