Ibarat gosip yang beredar dalam suatu lingkungan, cara membuktikannya adalah dengan memaparkan data dan informasi terkait dan menarik kesimpulan apakah gosip yang beredar itu benar atau tidak.Â
Misalkan karena si A setiap hari di rumah maka orang sekitar menyimpulkan dia adalah pengangguran. Tetapi kenyataannya A tinggal di rumah mewah yang terpelihara, makannya pun selalu diantar dari restoran mahal, isi rumahnya pun lengkap. Maka tersebarlah gosip bahwa si A adalah simpanan bos besar.Â
Gosip ini dapat diperangi dengan memaparkan fakta bahwa si A adalah seorang pekerja jarak jauh yang bergaji dolar dengan standard gaji Amerika. Maka kemudian orang sekitar akan dapat menganalisa kedua informasi, yaitu gosip dan fakta, baru kemudian menyimpulkan informasi mana yang benar.
Darimana sumber informasinya?
Sumber informasi adalah sesuatu yang penting. Jika sumber informasinya hoax juga, ya gak bakal benar. Sumber informasinya berasal dari data-data yang dapat diakses secara bebas namun tidak ditandai sebagai "hoax/palsu".Â
Misalkan sumber informasinya adalah sebuah website, maka website itu adalah website yang memiliki reputasi yang baik. Jika itu Video, yang mengeluarkannya juga harus sumber yang memiliki reputasi baik.
Salah satu tujuan dari Proyek Fandango ini adalah mengelompokan dan memverifikasi berbagai bentuk penyajian informasi, untuk memudahkan mengenali fake news dan menyajikan informasi yang efektif dan terverifikasi bagi warga Eropa.
Sebuah proyek lain yang dinamakan GoodNews, membangun sebuah teknologi AI dengan cara mempelajari bagaimana "biasanya" sebuah fake news disebarkan lewat media sosial.Â
Mereka mencari polanya dan membangun AI untuk dapat mengenali pola-pola penyebaran sebuah fake news sehingga dapat memilah yang mana yang fake news yang mana yang bukan.
Bagaimana dengan Indonesia?Â
Nampaknya Indonesia masih menggunakan metoda menual dalam memerangi hoax, namun setidaknya, sudah ada database referensi berita hoax.