Di kampung, lingkungan rumah gak sesesak di kota. Di kampung gak ada macet berjam-jam dan suara kendaraan yang tidak sabar meminta jalan.Â
Di kampung gak serba dituntut cepat. Di kampung semuanya relatif tulus.
Di kota? Aduh, apalagi Jakarta. Memang kalau sudah dijalani dan terbiasa, pada akhirnya semua orang akan tahu kalau Jakarta tak sekejam yang dibayangkan. Tapi di awal-awal, saat hati, jiwa, dan pola pikir belum beradaptasi dengan cara hidup di Jakarta, mungkin akan terasa kejam, atau setidaknya membuat mulut menganga terkejut.
Hidup di Tengah Perbedaan
Perbedaan itu hal biasa. Namanya juga Indonesia yang berbhineka tetapi sudah ditakdirkan dan tidak bisa diganggu gugat, adalah satu bangsa. Perbedaan tidak dapat disamakan tetapi dapat disatukan.Â
Itu adalah sesuatu yang mutlak tidak dapat diganggu gugat. Ini adalah salah satu hal dasar yang harus dimengerti oleh orang-orang yang belum terbiasa hidup berdampingan dengan orang bukan sesuku, seagama, sedarah, dan se..se.. lainnya.Â
Ternyata belum semua orang Indonesia sadar akan hal ini karena pola pikirnya masih cara lama entah dibawa dari mana. Memperlakukan orang lain di sekitar kita dengan cara yang netral tanpa memandang suku, agama, dan budaya adalah salah satu keterampilan yang harus dilatih jika ingin bertahan sampai sukses di "kota".
Sekalipun di Indonesia ada istilah mayoritas dan minoritas, tidak ada orang yang suka diperlakukan sebagai orang asing di tempat di mana mereka tinggal. Hidup berdampingan dengan damai akan lebih menenangkan dan membuat betah daripada sengaja membuat jurang karena perbedaan.Â
Saling Menghormati Dalam Lingkungan Sekitar
Saling menghormati adalah sesuatu yang penting. Jangankan di perantauan, di kampung sendiri yang lebih banyak saudara dekat saja tetap harus saling menghormati. Karena tidak ada dua manusia yang sama. Semuanya unik.Â