Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler | Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

ChatGPT Perlu Lulus Ujian Sebelum Dipakai Secara Resmi

19 Maret 2023   18:07 Diperbarui: 20 Maret 2023   16:00 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ChatGPT dari OpenAI.| Kompas.com/Wahyunanda Kusuma

ChatGPT atau teknologi sejenisnya perlu lulus ujian di Indonesia dulu, jika hendak dipakai secara resmi di Indonesia. Resmi dalam arti, dipakai oleh bidang-bidang seperti pendidikan, kedokteran, pemerintahan, jurnalistik dll. 

Setidaknya lulus dalam ujian bahasa Indonesia. Atau jika dipakai untuk mendukung suatu keputusan, maka dia harus diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di Indonesia.

Sebagai contoh, jika hendak dipakai dalam dunia kedokteran, tentu harus diuji dulu secara ilmu pengetahuan, aturan, dan bahasa. Baru kemudian dipakai dalam dunia kedokteran Indonesia. Mengapa begitu?

Merujuk kepada fungsi ChatGPT sebagai chatbot (berbasis AI), maka dia harus mengeluarkan informasi-informasi yang sesuai, yang berlaku di suatu tempat. Jika dipakai sembarangan, maka akan ada kemungkinan dia melakukan kesalahan, seperti beberapa hasil uji coba para kompasioner yang ditampilkan disini. Dan itu bisa fatal akibatnya.

Fungsi sebuah sistem adalah untuk membuat sebuah proses dan pekerjaan menjadi lebih mudah, cepat, efisien, dan efektif. Maka itu harus ada "kepercayaan" terhadap sistem. 

Kepercayaan ini didapat dengan uji coba. Sistem hanya boleh dipakai secara resmi jika sudah lulus uji coba. Baik uji coba pengetahuan, uji coba ketahanan sistem, dan keamanan.

sumber: blog.qasource.com
sumber: blog.qasource.com

Uji coba pengetahuan, dilakukan untuk mengetahui apakah pengetahuan yang dapat disajikan oleh sistem sudah dapat diterima atau tidak. Sebagai contoh, ChatGPT sudah lulus ujian kedokteran di Amerika, berarti dia sudah dapat dipakai di dunia kedokteran di Amerika.

Sedangkan uji coba ketahanan sistem adalah untuk menguji hal-hal semacam, apakah dia masih bekerja dengan baik jika percakapan yang terjadi dalam satu sesi cukup panjang.

Sebagai contoh, ChatBot AI milik Microsoft yang sempat launching di group khusus penguji dan mengejutkan para pengujinya karena jawaban yang ngawur setelah percakapan yang cukup panjang. (Baca contoh kasus: Mungkinkah AI-Chatbot Memiliki Perasaan?)

Contoh lain uji coba ketahanan sistem adalah, apakah jumlah maksimal user yang login sesuai dengan yang dijanjikan, ataukah jika dalam satu saat ada sekian ratus orang yang login secara bersamaan, maka dia akan hang dan tidak dapat mengeluarkan informasi lagi, padahal jumlah user masih dibawah jumlah maksimal. Kemudian, mengenai jumlah maksimal data. Apakah jika data ditambah terus-menerus dalam ukuran yang cukup besar akan mengganggu sistem. dst

Uji coba keamanan adalah untuk memastikan keamanan data dan sistem. Misalkan apakah sistemnya akan terlalu mudah di-hack? 

Karena saya rasa, jika chatGPT dipakai, misalkan dalam dunia kedokteran, mestinya bukan ChatGPT yang sekarang bebas dipakai oleh semua orang, secara tanpa aturan. Tentunya tidak sembarang orang dapat login dan menggunakannya, misalkan untuk membuat resep. Sistemnya pasti terbatas hanya untuk kalangan kedokteran saja.

Demikian pula dengan dunia pendidikan. Mungkin ChatGPT dapat dipakai sebagai pengganti buku, ujian online yang penilaiannya langsung dilakukan oleh sistem, menyampaikan laporan prestasi murid, atau sebagai alat komunikasi antara sekolah dan orang tua murid, atau hal lainnya. Tentu tidak dapat menggunakan sistem yang terbuka dan dipakai secara umum seperti ChatGPT yang sekarang kita coba-coba untuk berkenalan dan berinteraksi.

ChatGPT yang sekarang dipakai secara publik, belum teruji di Indonesia. Sehingga ketika kita mendapatkan informasi darinya, tidak ada rasa percaya diri apakah informasinya benar atau tidak. Sehingga harus mencari konfirmasi lagi melalui buku, google, atau para ahli. Tentu hal ini sangat tidak praktis.

Sistem yang dapat dipercaya, adalah sistem yang sudah teruji dan dinyatakan layak pakai sesuai dengan aturan yang berlaku.

Memang ada kemungkinan ditengah-tengah perjalanan, setelah dinyatakan lulus dan dipakai, sistem mengalami masalah. Disinilah peran petugas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya sistem untuk mengawasi, menerima laporan permasalahan, melakukan investigasi, dan kemudian mengusahakan perbaikan.

(VRGultom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun