Jadi, tantangan yang saya hadapi adalah meluruskan pengertian-pengertian yang salah dan mengkomunikasikan dengan benar mengapa asuransi itu penting. Masalah beli atau tidak, itu keputusan masing-masing.Â
Kenyataannya, BPJS yang sekarang diwajibkan oleh pemerintah adalah salah satu bentuk asuransi kesehatan. Apakah para anggotanya terbantu dengan menjadi anggota BPJS? Sangat terbantu!
Sama seperti pekerjaan sebagai konsultan IT, saya harus mengerti dulu kondisi calon client untuk dapat menganalisa kebutuhannya, dan kemudian menyusun proposal dan mengusulkan produk yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil analisa saya. Menjelaskan manfaat-manfaat dan keuntungannya, aturan-aturan yang harus diikuti, dan lain-lain.Â
Selanjutnya orang itu sendiri yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak. Selain itu saya juga dapat meyakinkan calon client dari sisi teknologi yang sekarang dipakai di berbagai bidang, termasuk asuransi.Â
Kalau hanya mengedukasi, lantas dari mana penghasilannya? Ya dari pembelian polis client-client kita. Kalau client merasa butuh dan cocok dengan solusi yang kita tawarkan, tentu mereka akan membeli. Di situlah seninya. Mengedukasi dan membuat client mengerti apa yang mereka butuhkan.Â
Mudahkah? Tidak! Memangnya ada pekerjaan berpenghasilan besar yang mudah dikerjakan? Bahkan jadi bandar narkoba yang penghasilannya tinggi pun, saya yakin tidak mudah, minimal mereka harus lihai menghindari petugas. Ha...ha...ha...
Demikian juga agen asuransi. Harus kebal dengan penolakan. Kebal bukan berarti sudah ditolak mentah-mentah, masih ngotot juga. Tetapi kebal dalam arti kuat mental dan terus memperbaiki diri alias self improvement.
Semua orang butuh asuransi tetapi mengapa masih ada yang menolak berasuransi padahal secara keuangan mampu? Mungkin cara kita menyampaikan yang kurang bisa diterima, mungkin kurang bisa meyakinkan calon client, mungkin masih kurang pengendalian diri maka ketika ditolak terbawa emosi, kurang pengetahuan, dst. Dan itu bukanlah hal yang mudah.Â
Kalau bekerja di perusahaan, ada macam-macam pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, maka di bisnis asuransi pun demikian, tetapi biaya-biayanya ngemodal sendiri walau ada juga yang gratis. Itulah bedanya karyawan dan pengusaha. Pengusaha gak mesti yang punya perusahaan. Â Tetapi dari segi pola pikir, pola pikir pengusaha dan karyawan pasti berbeda. Â
Saya sering tidak habis pikir dengan teman-teman pekerja IT yang bertahan bekerja di satu perusahaan hanya demi dibayarin training dan certification yang kemudian harus dibayar dengan cara bekerja untuk perusahaan itu selama sekian tahun dan tidak boleh resign.Â